Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Telur rebus menjadi salah satu makanan favorit orang Indonesia. Dimakan begitu saja atau dimasak dengan bumbu, makanan ini jadi asupan gizi yang murah meriah. Dan pasti Anda tidak peduli, bagaimana cara merebus telur. Sebab, mau lama atau sebentar rasanya akan sama saja.
Tapi hal satu ini Anda perlu tahu. Dilansir dari Times of India, telur sebaiknya tidak direbus terlalu lama. Sebab, protein pada putih telur mengandung sulfur atau belerang. Selama proses, sulfur tersebut bergabung dengan hidrogen dan menghasilkan hidrogen sulfida, gas beracun yang menyebabkan bau busuk pada telur.
Bagaimana mengetahui telur yang direbus terlalu lama atau tidak? Jika Anda memakan telur rebus, sering kali terdapat lapisan hijau pada bagian kuningnya. Lapisan itu terbentuk karena hidrogen sulfida yang terdorong ke bagian dalam telur saat bagian luarnya semakin panas.
Kuning telur mengandung zat besi. Ketika zat besi ini bertemu dengan gas hidrogen sulfida, maka akan terbentuk besi sulfida. Dari situlah lapisan hijau itu. Semakin Anda merebus telur, semakin banyak sulfida dibuat dan semakin tebal lapisan hijaunya.
Lapisan hijau itu sebenarnya bisa dihindari, jika Anda merebus telur dengan cara yang benar. Pertama, rebus telur dalam panci yang cukup besar untuk menghindari telur bertumpuk. Kedua, pastikan air menutupi semua telur, didihkan, lalu matikan api. Jangan lupa menutup panci. Biarkan telur dalam air mendidih selama 15 menit. Setelah diangkat, siram dengan air dingin untuk menurunkan suhunya.
Apakah lapisan hijau itu bisa membuat Anda keracunan? Hidrogen sulfida memang dikenal sebagai gas berbahaya. Tapi rasanya belum ada laporan korban akibat konsumsi telur rebus.
TIMES OF INDIA | HUFFINGTON POST
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini