Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anafilaksis diketahui sebagai reaksi serius akibat alergi. Jika terlambat ditangani secara medis, kondisi ini bisa mengancam nyawa hingga berujung pada kematian. Untuk itu, kenali apa itu anafilaksi, gejala-gejala, dan cara penanganannya.
Apa Itu Anafilaksis?
American College of Allergy Asthma and Immunology menjelaskan anafilaksis terjadi ketika pelepasan bahan kimia yang berlebihan membuat seseorang syok. Pemicu anafilaksis yang paling umum pada anak-anak adalah alergi makanan, seperti kacang tanah dan kacang pohon, ikan, kerang, gandum, kedelai, wijen, dan susu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain alergi makanan, beberapa orang mengalami anafilaksis akibat sengatan serangga sampai obat-obatan tertentu. Kondisi anafilaksis berlangsung dalam hitungan detik atau menit pasca terpapar sesuatu yang membuat alergi. Parahnya, reaksi alergi tersebut dapat mengancam jiwa lantaran bisa menghentikan pernapasan atau detak jantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Penderita Alergi Kacang Bisa Berisiko Anafilaksis, Apakah itu?
Gejala Anafilaksis
Gejala anafilaksis biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah terpapar alergen. Namun terkadang, anafilaksis dapat terjadi setengah jam atau lebih setelah paparan. Dihimpun dari Mayo Clinic, gejala atau tanda mengalami anafilaksis meliputi:
1. Reaksi kulit, termasuk gatal-gatal dan gatal serta kulit memerah atau pucat
2. Tekanan darah rendah (hipotensi)
3. Penyempitan saluran udara dan lidah atau tenggorokan bengkak,
4. Denyut nadi lemah dan cepat
5. Mual, muntah atau diare
6. Pusing atau pingsan
Cara Penanganan Anafilaksis
Seseorang yang mengalami anafilaksis memerlukan perawatan medis segera. Jika dimungkinkan, segera suntikan epinefrin selama perjalanan ke ruang gawat darurat rumah sakit. Dua suntikan mungkin diperlukan untuk mengendalikan gejala. Jika tidak ditangani dengan baik, anafilaksis bisa berakibat fatal, melansir Aaaai.org.
Berikut adalah beberapa tips untuk mengurangi risiko terkena anafilaksis:
- Jika mengalami anafilaksis, sangat penting untuk mengetahui apa yang menjadi pemicu reaksi tersebut. Pemicu yang paling umum, antara lain karena alergi makanan, lateks, obat, hingga sengatan serangga.
- Hindari pemicu anafilaksis.Misalnya, jika seseorang alergi terhadap makanan tertentu seperti telur atau ikan laut sebaiknya tidak mengkonsumsinya supaya risiko anafilaksis bisa diminimalisir.
- Temui spesialis. Ahli alergi dilatih secara khusus untuk membantu mengendalikan gejala, melakukan tes diagnostik, dan meninjau pilihan pengobatan anafilaksis.
HARIS SETYAWAN
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.