Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Buzzer dianggap berperan penting dalam pembentukan opini warganet di media sosial, terutama yang berkaitan dengan isu politik. Tidak mengherankan apabila ada banyak kelompok yang menyiapkan anggaran besar-besaran hanya untuk merekrut buzzer, demi membentuk citra yang baik di tengah masyarakat dunia maya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir repository.unpas.ac.id, istilah buzzer berasal dari bahasa Inggris, yang berarti lonceng, alarm, atau bel. Sementara Kamus Oxford mendefinisikan kata tersebut sebagai alarm untuk mengumpulkan dan memberikan informasi di media sosial. Lantas, apa itu buzzer?
Pengertian Buzzer
Buzzer merupakan personal atau sekelompok individu yang memiliki peran sebagai kreator isu atau wacana agar bisa mendapatkan perhatian dan diperbincangkan di media sosial. Istilah buzzer digunakan karena orang-orang yang bekerja dalam peran tersebut bertugas sebagai pendengung (buzzing) suatu isu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Istilah buzzer muncul pertama kali dan mulai dikenal sebagai salah satu cara untuk memasarkan produk yang efektif di situs jejaring sosial. Kemudian, buzzer dalam media sosial diartikan sebagai akun yang membuat topik yang mempengaruhi banyak orang agar tertarik dan setuju dengan apa yang disampaikan.
Senada dengan hal itu, mengacu pada jurnal.kominfo.go.id, pengertian buzzer adalah seseorang yang mempunyai opini yang didengarkan, dipercaya, dan membuat orang lain bereaksi. Secara sederhana, seorang buzzer merupakan pengguna media sosial yang dapat memberikan pengaruh pada orang lain hanya melalui komentar atau unggahan.
Fungsi Buzzer
Adapun fungsi dan aksi politik dari buzzer, yaitu:
- Menciptakan isu.
- Membentuk wacana.
- Bergerak dengan membentuk kelompok.
- Biasanya menggunakan akun anonim.
- Memberikan komentar atau mengunggah sesuatu di media sosial agar mempengaruhi banyak orang.
Jenis Buzzer
Terdapat dua kategori buzzer dalam politik digital, meliputi:
1. Volunteers Buzzer
Sesuai dengan namanya, volunteers buzzer berasal dari warganet yang secara sukarela menjadi relawan untuk mendukung kandidat politik. Karena bersifat sukarela, volunteers buzzer tidak memperoleh keuntungan secara ekonomi, tetapi atas kesadaran sendiri untuk menyampaikan informasi tentang aktor politik yang didukung.
2. Independent Buzzer
Independent buzzer berasal dari warganet yang memiliki sikap netral atau tidak berpihak kepada pihak manapun. Namun, pendengung independen lebih bersifat pragmatis, karena bergerak hanya sesuai dengan tuntutan pihak yang membayar dan menggunakan jasanya berdasarkan tarif yang telah disepakati.
Karakteristik Buzzer
Berdasarkan hasil riset dari Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) 2017 melalui jurnal.kominfo.go.id, terdapat empat karakter umum buzzer, meliputi:
- Harus memiliki jaringan luas yang memudahkan untuk pengumpulan informasi krusial.
- Mempunyai kemampuan untuk melakukan perbincangan dengan warganet di media sosial agar pesan yang disampaikan menjadi persuasif dan bisa dipersonifikasi.
- Memiliki kemampuan memproduksi konten, seperti pengetahuan jurnalistik dan pemilihan informasi.
- Didorong oleh alasan ideologi atau kepuasan.
Cara Kerja Buzzer
Prinsip kerja buzzer serupa dengan pengeras suara (loudspeaker) yang menghasilkan suara bising, sehingga menarik perhatian. Tugasnya tidak hanya sebagai mengunggah sebuah pesan, tetapi juga menjalankan kampanye atau serangkaian informasi lebih lanjut kepada pengikut atau pengguna lain di media sosial.
Tugas buzzer bisa saja seperti duta merek (brand ambassador) yang harus benar-benar mengerti dengan apa yang disebarkan di media sosial. Selain itu, kemampuan berpromosi juga harus dimiliki supaya banyak orang yang tertarik dengan pesan yang disampaikan.
Strategi Komunikasi Buzzer
Mengutip jonedu.org, strategi komunikasi yang digunakan buzzer politik dalam memainkan perannya sebagai berikut:
- Membangun Citra Positif
Buzzer akan menyebarkan konten yang menggambarkan prestasi, visi-misi, atau kualitas kandidat politik. Pada umumnya, mereka akan menggunakan teks, gambar, dan video yang menarik untuk mendapatkan atensi dari pengguna media sosial.
- Menyebarkan Pesan
Sebagai pendengung, buzzer aktif dalam menyebarluaskan pesan politik yang sesuai dengan agenda politik yang didukung. Ada banyak metode yang digunakan, seperti membuat unggahan baru di media sosial, membagikan konten yang relevan, dan menggunakan tagar (hashtag) untuk memperluas jangkauan.
- Memanipulasi Informasi
Banyak buzzer yang memanipulasi informasi dengan tujuan untuk mempengaruhi opini publik. Tak jarang, mereka akan menyebarkan hoaks, mengubah gambar dan video, atau mengambil kutipan yang ke luar dari konteks aslinya untuk menciptakan narasi yang mendukung kandidat politik atau bahkan menjelek-jelekan kompetitor.
- Membangun Jaringan dan Kolaborasi
Buzzer biasanya bekerja dalam kelompok atau jaringan yang saling mendukung untuk menyebarkan pesan politik secara lebih luas dan efektif. Mereka juga dapat berinteraksi dengan pengguna media sosial lain untuk memperluas jaringan pengikut.
- Menggunakan Psikologi Massa
Buzzer umumnya memanfaatkan prinsip-prinsip psikologi massa, seperti teknik persuasif framing (pembentukan narasi), penggunaan data terpilih, dan pemilihan kata yang emosional. Tujuan dari penggunaan teknik tersebut adalah mempengaruhi pikiran dan emosi warganet di media sosial.