Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Universitas Denmark Selatan meneliti jamur ajaib untuk mengobati beberapa masalah kesehatan mental. Salah satunya depresi, seperti dilaporkan Medical Daily.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jamur psilosibin atau dikenal sebagai jamur ajaib dilarang di sejumlah negara, termasuk Indonesia dan sebagian besar Amerika Serikat, karena sifat halusinogen yang dapat meningkatkan penyalahgunaan zat terlarang. Namun, ada peningkatan minat di kalangan komunitas ilmiah dan ilmuwan dalam mempelajari jamur ini untuk efek potensial terapi yang dimiliki, terutama pada yang memiliki masalah kesehatan mental.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa itu jamur ajaib? Psilosibin adalah jenis jamur yang terdiri atas psilosibin, senyawa alami dengan sifat psikedelik. Struktur molekulnya yang unik memungkinkannya melintasi penghalang darah-otak dan menembus sistem saraf pusat.
Keadaan psikedelik adalah serangkaian pengalaman, termasuk perubahan persepsi seperti halusinasi, sinestesia, keadaan kesadaran yang berubah atau kesadaran terfokus, variasi dalam pola pikir, keadaan hipnotis, keadaan mistis, dan perubahan pikiran lainnya. Para peneliti masih berusaha memahami pengaruhnya terhadap otak dan pikiran serta potensinya sebagai terapi untuk penyakit mental. Makalah penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Biochimica et Biophysica Acta (BBA) - Proteins and Proteomic.
Obat depresi
Psilosibin telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mengobati kondisi seperti depresi dan kecemasan serta kecanduan zat. Sebuah tim peneliti dari Universita Denmark Selatan kini mempelajari bagaimana zat halusinogen dalam jamur ajaib bekerja pada tingkat molekuler saat masuk ke dalam tubuh.
Uji klinis atau merancang obat berbasis psikedelik baru belum ada dalam rencana saat ini. Tetapi para peneliti berharap temuan mereka akan membuka kemungkinan untuk beragam kondisi.
"Saya akan sangat senang jika masyarakat dapat menggunakan penelitian kami. Mungkin orang akan memanfaatkan ini lebih jauh dan membuat molekul yang dapat digunakan dalam perawatan medis untuk kondisi seperti depresi," kata salah satu peneliti, Himanshu Khandelia.
"Sesi seperti itu harus dilakukan di tempat yang aman dan dipandu oleh terapis terlatih. Saat ini, tidak ada yang akan merekomendasikan, hanya makan beberapa jamur di ruang tamu sendiri," jelas peneliti lain, Ali Asghar Hakami Zanjani.
Pilihan Editor: Penyebab dan Gejala Jamur Kuku
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.