Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hati-hati, kebiasaan bertukar pakaian hingga bercocok tanam dapat memperbesar risiko terkena kurap. Hal ini disampaikan oleh pakar dermatologi, venereologi dan estetika di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Eliza Miranda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Semua bisa tertular kalau ada sumber penularan. Sumbernya itu bisa macam-macam, bisa dari sprei, handuk, hewan peliharaan yang berbulu, bahkan tanah,” katanya dalam diskusi daring, Rabu, 24 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan infeksi jamur yang terjadi pada kulit biasanya disebabkan kebiasaan orang bertukar pakaian dengan orang lain, mulai dari handuk, celana, hingga kerudung. Penularannya bisa berasal dari anggota keluarga, teman bermain maupun kantor. Infeksinya dapat tumbuh di atas lapisan kulit atau area-area yang memiliki lipatan kulit seperti selangkangan.
Kurap juga dapat tumbuh di sekitar rambut dan menyebabkan area tersebut di bersisik. Selain kerudung, pemakaian sisir bersama juga dapat menjadi penyebab.
“Nanti itu di kepala jadi botak rambutnya, di area setempat. Kalau jilbab atau sisir pasien tadi dipakai adik atau kakaknya, itu bisa menular,” ujarnya.
Sementara pada kegiatan bercocok tanam, infeksi jamur penyebab kurap dapat mengenai kulit apabila pelaku tidak memakai sarung tangan, termasuk kebiasaan berjalan kaki di tanah tanpa alas kaki. Menurutnya, jamur tanpa disadari dapat menempel pada bagian kulit atau kuku dan menempel pada lapisan benda tertentu yang nantinya disentuh h penderita. Akibatnya, penularan dan menjadi lebih luas.
Infeksi jamur
Ia juga menjelaskan kurap merupakan jenis infeksi kulit yang disebabkan jamur dermatofita. Umumnya, infeksi dapat menyerang siapa pun tanpa pandang usia dan terjadi di tiga bagian tubuh, yakni kulit, kuku, dan rambut. Penularannya berasal dari manusia ke manusia, hewan ke manusia, atau tanah ke manusia.
Sedangkan jenis obat dan waktu pengobatan tergantung letak serta ukuran ruam yang diakibatkan jamur tersebut. Bila terjadi penularan infeksi, Eliza menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter di fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapat tindakan lebih lanjut.
“Kurap itu bisa diobati, maka dari itu segera periksakan diri ke dokter umum atau spesialis dermatologi, venereologi dan estetika. Dokter umum sudah punya kompetensi, jadi memang sudah dianggap mampu memberikan pengobatan pada kurap,” ucapnya.
Di sisi lain, masyarakat juga dapat menjaga kebersihan diri dan kehigienisan barang-barang serta lingkungan agar jamur tidak berkembang dan menulari orang lain. Contohnya, mandi menggunakan air mengalir dan sabun, tidak bertukar pakaian, dan memakai alas kaki apabila berada di luar ruangan.
“Justru kadang ada gatal, ada luka, kita sayang-sayang atau takut kena air. Itu salah, kecuali kalau ada jahitan yang benangnya belum diangkat, itu jangan sampai kena air. Tapi kalau ada lesi kulit atau luka itu tetap harus kena air dan sabun,” tegasnya.
Pilihan Editor: Macam Masalah Kesehatan yang Terjadi di Pusar