Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Apa itu Ying Shen Jie Fu? Salah Satu Tradisi saat Imlek

Sejumlah ritual saat imlek melibatkan berbagai ornamen menarik. Berbagai alat disiapkan lengkap

29 Januari 2025 | 17.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Umat Konghucu menyalakan lilin besar saat perayaan tahun baru Imlek di vihara Darma Ramsi, Bandung, Jawa Barat, 22 Januari 2023. Membakar lilin besar jadi tradisi dalam ritual doa saat pergantian hari di malam Imlek. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tahun Baru Imlek tak hanya dirayakan dengan pesta keluarga dan tradisi berbagi angpao, tetapi juga dengan berbagai ritual spiritual yang memiliki makna tersendiri. Dilansir dari taotsm.org, Ying Shen Jie Fu merupakan ritual sembahyang yang dilaksanakan pada tanggal 1 bulan 1 dalam kalender Imlek sebagai bagian dari perayaan Tahun Baru Imlek.

Secara harfiah, Ying Shen berarti menyambut kedatangan dewa-dewi, sedangkan Jie Fu bermakna menjemput berkah atau rezeki. Ritual ini dilakukan untuk menerima berkah dari para dewa agar tahun yang baru dapat berjalan dengan lancar, harapan terkabul, kesehatan terjaga, serta mendapatkan perlindungan dari para dewa.

Sementara waktu terbaik untuk melaksanakan sembahyang ini jatuh pada jam pukul 00.01 hingga 06.00 pagi, karena pada saat itu diyakini banyak dewa-dewi turun ke dunia untuk memberikan berkah dan mengabulkan doa para umatnya.

Beberapa Atribut untuk Ying Shen Jie Fu

Saat melakukan ritual Ying Shen Jie Fu, sejumlah atribut dan perlengkapan tersedia lengkap. Dimulai dengan meja sembahyang. Meja ini dilapisi dengan kain merah yang memberikan kesan keberuntungan. Di atasnya, diletakkan kaca untuk mencegah kain terbakar oleh lilin yang menyala. Meja tersebut ditempatkan di halaman depan rumah atau, jika tidak memungkinkan, di lantai paling atas, menghadap ke arah Timur untuk menyambut kedatangan dewa-dewi. Jika halaman terlalu sempit, meja bisa diletakkan menghadap langit depan rumah. 

Di samping meja sembahyang, disediakan Hiolo atau tempat hio. Apabila tidak memiliki hiolo yang khusus, maka alternatif gantinya dapat menggunakan kaleng yang dicat merah dan mengisinya dengan beras atau abu. 

Selanjutnya, lima cangkir teh kecil. Cangkir-cangkir ini disusun rapi di belakang hiolo dalam formasi menyerupai tapal kuda, melambangkan keharmonisan dan keseimbangan dalam doa.

Di belakang cangkir teh, biasanya disimpan lima piring merah berisi buah segar. Setiap piring masing-masing berisi jenis buah yang berbeda, dengan jumlah yang sama, seperti apel, jeruk, atau pir. Untuk buah yang lebih besar, seperti kelengkeng atau anggur, cukup satu buah per piring. Penyusunan buah-buahan ini juga mengikuti formasi tapal kuda, melengkapi suasana sembahyang.

Kemudian, dua lilin merah sebagai simbol cahaya yang akan menerangi jalan keberkahan. Lalu ada dua vas bunga (opsional) yang dapat ditambahkan sebagai hiasan untuk menyempurnakan altar. 

Bagian lain yang tak kalah penting adalah hio atau dupa. Kepala keluarga harus menyalakan satu hio besar dan 12 hio kecil, sementara anggota keluarga yang lain cukup menyalakan 12 hio kecil masing-masing.

Adapun selanjutnya ada minyak wangi, yang disemprotkan ke telapak tangan setiap anggota keluarga, sebagai tanda penyucian diri sebelum memulai doa.

Bagi keluarga yang memiliki altar dewa-dewi di dalam rumah, ritual di halaman akan diikuti dengan sembahyang di altar dalam rumah. Persiapannya sama, memastikan semua perlengkapan siap digunakan untuk menyambut keberkahan di tahun yang baru.

Setelah semua perlengkapan siap, keluarga dapat melanjutkan dengan khusyuk melaksanakan sembahyang, memohon keberkahan, kesehatan, dan perlindungan dari para dewa-dewi untuk tahun yang baru.

Tata Cara Sembahyang Ying Shen Jie Fu

Sebelum memulai sembahyang, pastikan semua permohonan untuk satu tahun telah disusun dengan baik agar tidak ada yang terlewat saat berdoa. Kenakan pakaian yang rapi dan memiliki banyak kantong. Bagi mereka yang telah menerima huang yi, diperbolehkan mengenakan jubah huang yi selama sembahyang.  

Setiap anggota keluarga disarankan untuk menyemprotkan minyak wangi ke telapak tangan mereka sebelum sembahyang dimulai.  

Selanjutnya, kepala keluarga akan memulai sembahyang di depan rumah dengan menyalakan satu hio besar, diikuti dengan 12 hio kecil. Setelah itu, anggota keluarga yang lain akan melanjutkan sembahyang sesuai dengan urutan silsilah keluarga, dimulai dari ibu, kemudian anak tertua hingga anak yang termuda.  

Kepala keluarga dan anggota keluarga yang telah menjalani ritual taoying dapat melakukan lien kung sejenak, yakni penghormatan lebih dalam kepada para dewa. Jika keluarga memiliki altar dewa-dewi di dalam rumah, setelah selesai sembahyang di luar, ritual dilanjutkan dengan sembahyang di altar dalam rumah.  

Pilihan Editor: 6 Pantangan yang Tak Boleh Dilakukan saat Imlek

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus