Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Asem-asem Koh Liem, Kuliner Tak Lekang oleh Zaman di Semarang

Kuliner andalan Semarang ini menyajikan daging dan urat yang sangat lembut.

23 Juli 2018 | 12.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Semangkuk asem-asem racikan warisan Koh Liem di Semarang. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Semarang - Asap dari panci berisi sayur asem-asem di rumah makan Koh Liem di Jalan Karang Anyar, Gabahan, Semarang, mengepul saban hari mulai pagi hingga sore. Aroma kuliner khas itu tercium sampai muka warung, mengundang orang-orang yang lewat untuk mampir sejenak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Inilah warung legendaris yang dikenal warga sebagai salah satu warung makan tertua di Semarang. Menu kuliner utama di sini adalah asem-asem. Tertulis tahun pertama rumah makan itu berdiri di salah satu sudut bangunan, yakni pada 1978.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tempo berkunjung ke warung Koh Liem bersama tim Mal Ciputra pada Kamis sore, 19 Juli lalu. Saat para tamu datang, pramusaji sigap menyajikan sayur yang kesohor itu.

Kuah keruh berwarna cokelat dituang cepat oleh para pegawai setelah para tamu memilih tempat duduk. Tetamu bisa menyaksikan secara langsung asem-asem itu berpindah dari panci perebusan ke mangkuk klasik bergambar ayam jago.

Memang warung Koh Liem seperti warteg. Pemasaknya di tengah, sedangkan tempat duduk pelanggannya mengitari dapur mini membentuk formasi leter U. Di situ tak cuma menyediakan asem-asem, tapi juga berbagai lauk. Ada 50 menu totalnya. Beberapa di antaranya capcai, sayur tahu, udang goreng, sayur bening, sayur lodeh, dan sayur rumahan lain.

“Yang terkenal memang asem-asemnya karena resepnya dari Oma (istri Koh Liem),” ujar Pik Swie Lie alias Koh Liem, 81 tahun, saat ditemui di warungnya, Jalan Karang Anyar Nomor 28- C4, Gabahan, Semarang Tengah, Semarang, Kamis, 19 Juli.

Suasana warung asem-asem Koh Liem di Karang Anyar, Semarang Tengah, Semarang. Tempo/Francisca Christi Rosana 

Koh Liem mengatakan rahasia resep turun-temurun ini terletak pada campuran tiga bumbu dapur andalan yang membuat sayur tersebut segar, yakni asem Jawa, belimbing wuluh, dan tomat. Juga pada daging dan urat yang menjadi komplemen utama sayur tersebut.

Sayur asem-asem Koh Liem memang benar-benar segar. Meski isinya sederhana, yakni hanya daging sapi bagian sendoro alias daging dalam, urat, daging usus alias kisi, urat, dan potongan cabai Jepang, semangkuk sayur itu memiliki rasa yang amat kaya.

Rasa asam dari asam Jawa-nya tak terlalu mencolok karena diseimbangkan dengan dua sayuran pencipta rasa asam lain, yakni tomat dan belimbing wuluh.

Bau dagingnya pun tidak beraroma menyengat alias prengus dalam bahasa Jawa. Teksturnya empuk dan lembut lantaran direbus hingga dua jam. Sedangkan kuahnya terasa manis khas masakan Jawa Tengah. Manisnya lain lantaran menggunakan kecap asli Semarang, yakni kecap Mirama.

Tiap-tiap sendok yang masuk ke mulut rasanya meningkatkan gairah selera makan. Pengunjung tampak tak rela menuntaskan semangkuk asem-asem itu. Mereka rata-rata menyeruput sampai tetes kuah terakhir.

“Enak banget, segar,” kata salah satu pengunjung, Resla, saat ikut bergabung dengan tim Mal Ciputra menjajal kuliner legendaris Koh Liem. 

Saat ditanya lebih lanjut seputar bumbu, Koh Liem enggan menerangkan. Menurut dia, campuran racikan lainnya ialah rahasia dapur. “Rahasianya Oma yang diturunkan sekarang ke anak-anaknya,” ujar Koh Liem.

Kini, warung makan bergaya Cina-Jawa tradisional itu dipegang menantunya, Suarti, 53 tahun. Perempuan asli Semarang itu mengatakan telah menerima resep warisan, yang hingga sekarang kudu dijaga konsistensinya.

Salah satu cara untuk menjaga konsistensi rasa adalah tak membuka cabang. “Kalau mau makan asem-asem Koh Liem, ya, harus ke sini,” ucapnya.

Warung ini adalah bangunan ketiga yang ditempati keluarga mereka untuk menjajakan asem-asem. Dua bangunan sebelumnya berlokasi tak jauh dari alamat sekarang. 

Dulu, menurut Koh Liem, warung tersebut sangat sederhana. Bangunannya hanya gubuk tua di pinggir jalan. Koh Liem mengenang warungnya menjadi saksi perkembangan kuliner dari masa ke masa. Di tengah era yang makin modern, Koh Liem tetap berkukuh menyajikan kuliner tradisional.

Bila ingin menjajal asam-asam Koh Liem, Anda bisa berkunjung ke warungnya mulai pukul 07.00 hingga 17.00. Harga seporsi asem-asem dibanderol Rp 33 ribu. Asem-asem Koh Liem juga akan hadir dalam festival kuliner Kampung Legenda, yang digelar Mal Ciputra pada 8-18 Agustus nanti.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus