Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tuberkulosis Multi Drug Resistance (TB MDR) adalah salah satu penyakit yang sangat meresahkan. Berbeda dari tuberkulosis reguler, pasien MDR mengalami resisten terhadap dua obat anti TB lini pertama, yaitu Isoniazid dan Rifampicin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini adalah penyakit lanjutan dari TB reguler. Jadi istilahnya naik kelas tapi ke arah yang lebih parah,” kata Kepala Sub Direktorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan, dr. Imran Pambudi, dalam acara Training of Trainer TB-MDR di Jakarta pada Senin, 30 September 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa hal pun menyebabkan seseorang bisa terjangkit penyakit ini. Pertama, Imran menjelaskan bahwa ini dipicu oleh efek samping yang ditimbulkan dari konsumsi obat TB sehingga membuat pasien berhenti mengonsumsi obat. Padahal, pengobatan TB tidak bisa dijalankan secara setengah-setengah karena ini bisa menimbulkan kekebalan dari bakteri mycobacterium tuberculosis penyebab TB.
Orlando Lajo (54) menerima obat-obatan untuk mengobati dan mencegah tuberkulosis (TB) dari seorang relawan Partners in Health. REUTERS
“Memang, kalau minum obat TB itu bisa menyebabkan mual, pusing, muntah, mood berubah, dan sebagainya. Jadi, pasien jarang minum obat atau bahkan berhenti. Tapi ini membuat bakteri kebal dan jadi TB MDR,” katanya.
Penyebab lainnya adalah keinginan seseorang untuk mencoba obat-obatan tradisional. Menurut Imran, hal tersebut sebenarnya tidak salah, namun untuk penyakit tertentu seperti TB, obat yang hanya boleh dikonsumsi adalah sesuai anjuran dokter. Ia juga tidak menyarankan jika pasien benar-benar meninggalkan obat pokok dan beralih pada obat tradisional sebab mengonsumsi obat yang salah justru membuat bakteri semakin cepat berkembang biak.
“Obat tradisional itu belum teruji secara klinis dan beberapa di antaranya bisa mempercepat pertumbuhan bakteri sehingga menyebabkan TB MDR,” ujarnya.
Tak heran, Imran pun mengimbau agar pasien TB patuh kepada dokter. “Kalau mau sembuh, ikuti kata dokter dan bukan ambil jalan sendiri dengan stop minum obat atau pakai obat tradisional. Dokter sudah menimba ilmu yang lama. Jadi tahu obat dan porsi seberapa yang cocok untuk pasien hingga sembuh,” jelasnya.