Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bubble tea tengah menjadi tren di kalangan anak muda. Bahkan, saking tingginya minat pasar, berbagai jenis bubble tea pun hadir di Indonesia. Jelas saja, saat mengunjungi suatu pusat perbelanjaan, berbagai merek bubble tea bisa ditemui.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sayangnya, bubble tea tidak bisa dikonsumsi terlalu sering sebab ada banyak masalah kesehatan yang bisa timbul dari kebiasaan buruk ini. Melansir dari situs The Daily Mail, boba mengandung tinggi gula. Dalam satu sajian bubble tea, terdapat 38 gram gula. Akibatnya, jika terlalu sering mengonsumsinya, risiko diabetes di usia muda pun meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selain tinggi gula, bubble tea juga dikenal tinggi kalori. Dalam satu sajian bubble tea setidaknya mengandung 300 kalori. Padahal, asupan kalori setiap hari hanya boleh 1.500-2.000 saja. Dengan mengonsumsi bubble tea, ditambah makanan harian dan ngemil, tentu berisiko menaikkan berat badan. Terlebih jika sedang diet, boba tidak akan membantu proses penurunan berat badan.
Situs Mayo Clinic juga menyebutkan bahwa bubble tea terbuat dari tepung tapioka. Itu berarti, ia akan sangat sulit dicerna oleh tubuh. Jika mengomsumsinya terlalu berlebihan, bubble tea pun akan menumpuk di tubuh dan menyebabkan sembelit alias susah buang air besar hingga sakit perut.
Risiko stroke dan serangan jantung juga tinggi jika terlalu sering mengonsumsi bubble tea sebab banyaknya kandungan gula akhirnya menumpuk pada tubuh, menyebabkan kerusakan dan penyumbatan di saraf sehingga oksigen yang dialirkan ke jantung pun akan terhambat dan menyebabkan masalah.