Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan hutan Los Angeles mengalami kebakaran hebat sejak 18 Januari 2025 yang memantik kebakaran rumah yang masif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebakaran tersebut menewaskan sedikitnya 27 orang pada Jumat dan menghancurkan lebih dari 10.000 bangunan di daerah pemukiman Pacific Palisades dan Altadena.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kehilangan rumah akibat kebakaran hutan bisa menjadi trauma. Dikutip dari Psychology Today, kehilangan rumah bisa lebih dari sekadar fisik, emosional, atau finansial. Kehilangan rumah bisa sangat memengaruhi rasa percaya diri.
Sekilas, rumah dapat diartikan sebagai tempat yang melindungi kita dari alam, tempat kita beristirahat, makan, tinggal, dan berhubungan dengan orang-orang terkasih. Namun pada tataran psikologis, rumah menjadi perpanjangan dari diri.
Rumah dipenuhi dengan unsur-unsur historis dan simbolis dari masa lalu dan masa kini kita, yang secara mendalam membentuk identitas. Rumah memberi kehidupan pada adat dan tradisi turun-temurun, menjadi kenangan seumur hidup.
Bisa Menimbulkan Fragmentasi Diri
Bencana kebakaran merusak rumah yang ruangnya nyaman bagi penghuninya. Rumah tidak lagi menyerupai keadaannya yang dulu, membuat banyak orang kewalahan melihat kehancurannya. Harta benda yang telah hancur, rusak parah, atau hilang sama sekali sulit untuk diterima oleh pemilik rumah.
Sementara api membakar barang-barang material, yang juga melenyapkan kenangan yang ada di sana. Lebih jauh, jika terjadi kehilangan nyawa, kehilangan hewan peliharaan, cedera tubuh, atau penyakit akibat kebakaran, menjadi hal yang tak dapat hindari
Ketika kebakaran rumah menghancurkan sebuah penanda diri, fondasi jati diri kita, di mana kita berada, dan apa yang kita miliki hancur. Pada tingkat psikologis ini, kehilangan tersebut memicu fragmentasi atau memecah perasaan yang ada pada diri.