Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pola makan tinggi makanan olahan ultra atau ultra-processed food dikaitkan dengan meningkatnya risiko lebih dari 30 masalah kesehatan, termasuk gangguan mental, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, obesitas, dan kematian dini. Begitu menurut penelitian baru yang diterbitkan di British Medical Journal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelitian teranyar merupakan hasil riset selama satu dekade yang menghubungkan makanan olahan ultra seperti daging kemasan dan minuman berpemanis dengan kesehatan yang buruk. Makanan olahan ultra diperkirakan merupakan 58 persen asupan energi total harian di beberapa negara berpenghasilan tinggi, menurut para peneliti, dan mulai jadi pola makan di negara-negara berpendapat rendah dan menengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti dari Sekolah Kedokteran Universitas Deakin di Australia dan Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg membuat ulasan mengenai 45 analisis meta soal makanan olahan ultra yang melibatkan hampir 10 juta orang. Mereka menemukan fakta asupan makanan olahan ultra meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar 66 perse, obesitas 55 persen, gangguan tidur 41 persen, diabetes tipe 2 40 persen, depresi 22 persen, dan risiko kematian dini naik 21 persen.
Namun, bukti yang mengaitkan makanan olahan ultra dengan asma, masalah pencernaan, dan kanker jenis tertentu masih terbatas. Penelitian juga tak menyebut faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko buruknya masalah kesehatan. Tapi, para pakar itu mengatakan pola makan seimbang adalah kunci hidup sehat dan menurunkan risiko memiliki masalah kesehatan besar seiring pertambahan usia.
Apa itu makanan olahan ultra?
Ini adalah jenis makanan siap santap atau hanya perlu dipanaskan yang telah diolah dari sumber alaminya melalui proses dengan tekanan tinggi dan tambahan zat-zat kimia agar lebih awet. Makanan ini rendah serat, protein, dan vitamin serta tinggi gula, garam, dan lemak serta sering mengandung pewarna buatan dan zat tambahan lain. Beberapa contohnya adalah daging kemasan, pizza beku, dan sereal sarapan, minuman berpemanis, dan makanan manis seperti es krim dan permen.
Bagaimana menghindarinya?
Saat belanja makanan, cek dua macam informasinya, yakni bahan-bahan dan kandungan gizi, keduanya sama penting. Untuk bahan-bahan, cek apakah makanan tinggi garam, gula, dan lemak jenuh, bahkan jika tak ada tambahan pengawet atau pemanis dan pewarna buatan, kata pakar diet dan nutrisi Samantha Cassetty. Demikian dilansir dari USA Today.