Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bedakan Gejala Radang Sendi dengan Nyeri Sendi Biasa

Jangan samakan radang sendi dengan nyeri biasa. Nyeri sendi tanpa peradangan dapat hilang dengan sendirinya. Bagaimana radang sendi?

12 Oktober 2022 | 15.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi radang sendi. Bamzum.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi Sumartini Dewi mengatakan Hari Artritis Sedunia setiap 12 Oktober merupakan pengingat terhadap kewaspadaan gejala radang sendi yang berbeda dengan nyeri sendi biasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Hari Artritis Sedunia ini diangkat secara internasional agar dapat meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan, baik masyarakat umum maupun medis, terhadap radang sendi. Masih banyak yang belum tahu bedanya arthritis atau radang sendi dengan nyeri sendi biasa,” kata dokter di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan pihaknya mewakili Perhimpunan Reumatologi Indonesia juga ingin menyebarluaskan serta meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan tentang artritis kepada masyarakat awam dan medis dengan mengenali tanda-tandanya. Dokter yang akrab disapa Dewi itu mengatakan artritis harus dibedakan dengan arthralgia atau nyeri sendi biasa tanpa ada peradangan. Gejala arthritis tidak hanya nyeri sendi namun juga disertai tanda-tanda seperti bengkak kemerahan, panas pada perabaan, bahkan yang terberat bisa demam.

“Kenapa harus dibedakan? Karena nyeri sendi tanpa peradangan itu dapat hilang dengan sendirinya atau dengan obat-obat sederhana. Tapi artritis kalau tidak diobati, apalagi yang menahun, contohnya arthritis reumatoid, kalau dibiarkan akan menyebabkan kecacatan sendi,” jelasnya.

Gejala khas artritis yang patut diwaspadai yaitu kaku sendi saat bangun tidur di pagi hari. Semakin berat radang sendi maka akan semakin lama kaku di pagi hari dirasakan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

“Kalau gejala artritis tidak bisa hilang dengan istirahat, harus dengan obat-obat khusus,” ujarnya.

Dewi menganjurkan pemilik keluhan seperti itu agar segera memeriksakan diri ke dokter. Apalagi jika berlangsung lama lebih dari dua minggu dan tidak respons terhadap pemberian obat antinyeri biasa. Pemeriksaan juga penting untuk dilakukan agar dokter dapat menentukan jenis penyakitnya.

“Penyakit rematik itu lebih dari 200 jenis. Setengahnya itu hampir dengan manifestasi radang sendi,” ujar Dewi.

Waspadai gejala sistemik
Artritis bisa menjadi lebih berbahaya apabila disertai gejala sistemik karena tidak saja mengenai sendi tapi juga dapat mengenai organ-organ lain seperti jantung, paru-paru, bahkan ginjal.

“Harus segera (periksa) kalau disertai gejala sistemik, adanya demam, anemia, atau kelemahan tubuh yang tidak bisa dijelaskan. Kami sebagai dokter reumatologi akan mencari adakah manifestasi selain ke sendi, organ-organ tubuhnya kena atau tidak, terutama mata, sel darah, ginjal, paru-paru, dan jantung,” paparnya.

Seringkali pasien berusia muda yang memiliki keluhan nyeri sendi dan kaku sendi merasa malu berobat. Dewi mengatakan hal tersebut karena masyarakat masih menganggap rematik hanya terjadi pada orang tua. Padahal, penyakit tersebut juga bisa mengenai anak muda.

“Segeralah berobat karena sekarang sudah banyak tersedia obat-obat khusus rematik, tapi harus disesuaikan dengan jenisnya karena ada lebih dari 200 jenis penyakit rematik yang harus kita tentukan jenisnya dan obatnya,” katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus