Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Benarkah Vaksin Flu Bisa Kurangi Efek Parah COVID-19

Penelitian menunjukkan vaksin flu dapat mengurangi risiko stroke, sepsis, pembekuan darah, dan beberapa efek lain pada pasien Covid-19.

6 Agustus 2021 | 14.51 WIB

Ilustrasi vaksinasi (Pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi vaksinasi (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian menunjukkan vaksin flu yang dilakukan setiap tahun dapat mengurangi risiko stroke, sepsis, pembekuan darah, dan beberapa efek parah lain pada pasien COVID-19. Para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Miami Miller, Amerika Serikat, juga menemukan pasien dengan COVID-19 yang telah divaksinasi flu secara signifikan lebih kecil kemungkinan masuk unit gawat darurat dan dirawat di unit perawatan intensif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Hanya sebagian kecil dari dunia yang telah sepenuhnya vaksinasi COVID-19 hingga saat ini dan dengan semua kehancuran yang terjadi akibat pandemi, komunitas global masih perlu mencari solusi untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas," kata peneliti senior Profesor Devinder Singh, dilansir Indian Express.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tim saya telah mengamati hubungan antara vaksin flu dan penurunan morbiditas pada pasien COVID-19," lanjut Singh, yang melakukan penelitian dengan penulis utama Susan Taghioff dan Benjamin Slavin.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal PLoS One pada 3 Agustus 2021 menganalisis catatan pasien dari sejumlah negara, termasuk AS, Inggris, Jerman, Italia, Israel, dan Singapura. Para peneliti menyaring catatan kesehatan elektronik yang tidak teridentifikasi pada database penelitian TriNetX yang jumlahnya lebih dari 70 juta pasien.

Penelitian tersebut kemudian mengidentifikasi dua kelompok yang terdiri dari 37.377 pasien. Anggota kelompok studi pertama telah menerima vaksin flu selama dua minggu dan enam bulan sebelum didiagnosis positif COVID-19. Mereka yang berada di kelompok kedua juga memiliki diagnosis COVID-19 positif tetapi tidak divaksinasi flu.

Ada temuan insiden 15 hasil yang merugikan, termasuk sepsis, stroke, deep vein thrombosis (DVT), kunjungan ke unit gawat darurat, dan kematian dalam waktu 30, 60, 90 dan 120 hari setelah tes positif COVID-19. Hasilnya kemudian dibandingkan antara kedua kelompok.

Analisis mengungkapkan mereka yang tidak mendapat suntikan flu secara signifikan lebih mungkin (hingga 20 persen) dirawat di ICU. Mereka juga secara signifikan lebih mungkin mengunjungi unit gawat darurat (hingga 58 persen), mengembangkan sepsis (hingga 45 persen), stroke (hingga 58 persen), dan DVT (hingga 40 persen).

Para peneliti mengatakan risiko kematian di antara pasien yang diimunisasi dengan vaksin flu juga tidak berkurang. Mereka juga dapat menghitung berapa banyak pasien positif COVID-19 yang perlu menerima vaksin influenza untuk menghindari satu hasil yang merugikan.

Tim menemukan hanya 176 pasien yang perlu menerima vaksin flu untuk mencegah satu kunjungan ke UGD dalam waktu 120 hari setelah dites positif COVID-19. Selain itu, hanya 286 pasien yang perlu menerima vaksin flu untuk mencegah satu kasus sepsis. Untuk setiap 440 pasien yang mendapatkan suntikan flu terbaru, satu pasien dapat dicegah masuk ICU.

Meskipun belum diketahui secara pasti bagaimana vaksin influenza memberikan perlindungan terhadap COVID-19, sebagian besar teori berspekulasi suntikan flu dapat meningkatkan sistem kekebalan bawaan atau pertahanan umum yang dimiliki sejak lahir, yang tidak melindungi terhadap satu pun penyakit spesifik.

Hasil penelitian tersebut menyebut sangat menyarankan melakukan vaksinasi flu untuk dapat melindungi dari beberapa efek parah COVID-19. Namun, para peneliti juga sangat menyarankan orang menerima vaksin COVID-19 serta vaksin influenza tahunan. Para peneliti menambahkan lebih banyak penelitian, dalam bentuk uji coba kontrol
secara acak, diperlukan untuk membuktikan dan lebih memahami kemungkinan hubungan tersebut. Namun, mereka mengatakan vaksin flu dapat digunakan untuk membantu memberikan peningkatan perlindungan di negara-negara di mana pasokan vaksin COVID-19 terbatas atau bahkan membantu dalam perjuangan yang sedang berlangsung melawan kasus-kasus terobosan pada orang-orang yang sudah vaksinasi COVID-19.

"Promosi vaksin influenza yang berkelanjutan juga berpotensi membantu populasi global menghindari kemungkinan twindemic, wabah influenza dan virus corona secara bersamaan," ujar Taghioff.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus