Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Obat kumur bisa menjadi salah satu bentuk perlindungan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Namun apakah anak-anak sudah boleh menggunakan obat kumur yang dijual secara bebas?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia, Sri Hananto Seno mengatakan anak usia 0-3 tahun sebaiknya jangan dulu diberikan obat kumur umum. Anak usia 0-3 tahun, bisa dilatih berkumur dengan menggunakan air biasa atau atau air hangat. "Nanti setelah tiga tahun, anak-anak bisa berkumur dengan air hangat yang dicampur dengan garam," katanya dalam konferensi pers peluncuran Kampanye Edukasi 'Jaga Kesehatan Mulut untuk Jaga Kesehatan Anda' bersama PT Johnson & Johnson Indonesia dan PB PDGI 19 November 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Sri Hananto, garam yang dicampur dalam air hangat saat berkumur dapat mengurangi tingkat keasaman di mulut. "Bila tingkat keasaman mulut tinggi, itu menjadi sarang bakteri," kata dia.
Pada usia tiga tahun, menurut dia, anak-anak sudah memiliki banyak gigi dan mulai mengonsumsi berbagai macam makanan manis. Kondisi tersebut dapat memicu plak akibat bakteri jika tidak dibersihkan.
Kemudian, pada anak berusia 6 tahun, boleh diberikan obat kumur. Namun orang tua diharapkan memilih obat kumur khusus untuk anak. Sri Hananto Menilai obat kumur khusus untuk anak biasanya memiliki varian yang ringan. Alasannya, anak-anak biasanya belum terlalu mengerti penggunaannya. Sedangkan, obat kumur antiseptik akan berbahaya apabila tertelan. Pilihan lain, anak usia 6-12 tahun juga bisa diberikan air hangat ditambah garam, atau air sirih. Anak usia ini masih latihan menggunakan obat kumur.
Ketika anak sudah berusia 12 tahun, Sri Hananto pun membolehkan orang tua untuk memberikan obat kumur yang biasa digunakan orang dewasa.
Alasannya, anak-anak biasanya belum terlalu mengerti penggunaannya. Sedangkan, obat kumur antiseptik akan berbahaya apabila tertelan.
"Pilihan lainnya adalah menggunakan air sirih atau obat kumur yang bersifat herbal. Nanti kalau sudah menginjak usia lebih dari 12 tahun baru bisa menggunakan obat kumur dewasa," kata dia lagi.
Sri Hananto Seno mengingatkan bahwa endapan makan yang tertinggal menempel pada gigi dan sebagian permukaan gusi membentuk filamen. Filamen ini merupakan media tempat berkembang biaknya kuman kemudian menjadi plak. Kuman di dalam plak berkembang menjadi banyak yang bisa mengakibatkan peradangan pada gusi (gingivitis) atau gigi berlubang (karies).
Peradangan gusi dan karies ini, dapat menyebabkan kuman dapat masuk ke dalam sistem pembuluh darah secara sistemik. Ini yang sering disebut sebagai infeksi fokal, suatu peradangan yang terjadi pada organ penting tubuh yang disebabkan karena kuman-kuman patogen dari rongga mulut. Kuman yang sudah masuk secara sistemik ini akan sampai pada organ penting manusia. Di tempat itu, kuman akan berkembang biak dan menyebabkan peradangan pada organ tersebut, misalnya pada paru-paru disebut pneumonia, pada sendi disebut artitis, dan pada jantung disebut carditis bahkan bisa menyebabkan meningitis bila terjadi pada selaput otak.
Apabila terjadi pada ibu hamil, dapat saja menyebabkan kelahiran premature atau bahkan keguguran. "Untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan di atas, kesehatan gigi dan mulut harus tetap terjaga dari berkembang biaknya kuman patogen, salah satunya dengan cara berkumur menggunakan antiseptic mouthwash setelah sikat gigi yang dapat membantu menghilangkan kuman yang berkembang biak dalam plak," kata Sri Hananto.
Ia mengingatkan bahwa penting bagi setiap orang untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut setiap saat, terutama selama masa pandemi, karena kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara menyeluruh.