Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Untuk menjadi ahli menulis ada banyak cara yang perlu dilakukan. Pemimpin Redaksi Koran Tempo, Budi Setyarso, menyampaikan beberapa tips tentang bagaimana bercerita dengan tulisan. Budi kemudian menjelaskan tentang beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan dalam menulis storytelling. Pertama adalah angle. Budi mengatakan, seseorang harus mengarahkan pembaca dengan satu angle untuk satu tulisan. "Kita harus menulis dari sisi mana sih, dari sisi pribadi atau dari orang ketiga. Setiap tulisan seharusnya satu angle,” kata Budi dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 7 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Budi mengatakan hal tersebut dalam acara Kagama Menulis V secara daring pada Sabtu 6 Juni 2020 bertajuk The Power of Storytelling: Kiat Menulis Storytelling yang Greget dan Menarik. Selain Budi, acara ini juga menghadirkan narasumber Andreas Maryoto dari Kompas dan Nursodik Gunarjo sebagai penulis buku The Story of Gondes, serta Heri Prast dan Rokhmadi Antok, Anggota Pengurus Bidang Fasilitasi Alumni, Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP KAGAMA).
Angle yang banyak biasanya membingungkan pembaca. Penentuan angle akan dimudahkan dengan kalimat pertanyaan. "Hal itu juga akan menentukan kita dalam menggali bahan,” katanya.
Kedua, struktur dan alur. Menurut Budi, untuk menciptakan tulisan feature dengan gaya bertutur, beberapa struktur bisa dipilih. Bisa kronologis, flashback, atau konvergen dan divergen (dipecah dan dikerucutkan ke belakang atau sebaliknya). Ketiga, tulisan harus konstektual dan fokus. Mengenai fokus, hal ini berkaitan dengan pemilihan angle agar tulisan mudah dipahami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keempat, menulis lead dengan kuat. Lead bagi Budi adalah separuh nyawa tulisan. “Kita harus berasumsi bahwa kalau kita gagal di alenia pertama ya kita gagal sebelum pembaca menemui substansi yang kita sampaikan,” kata Budi.
Lead perlu dipikirkan secara matang. "Kalau saya, saya tulis dulu sebisa mungkin. Kemudian, saya membuang alenia pertama sebab biasanya ada beban di dalamnya,” kata pria asal Kendal ini. Menurut Budi, itu cara yang paling mudah dalam menulis lead. Meskipun tidak selalu begitu.
Kelima, dalam menuliskan isi harus memaparkan substansi. Keenam, penutup. Budi mengingatkan untuk hindari menulis penutup dengan klise. Menurutnya kalimat klise diibaratkannya seperti tulisan yang putus asa dan tidak mau berpikir. “Kita jangan seperti itu. Penutup jangan dianggap sepele. Karena penutup seringkali membuat tulisan kita berantakan dan tidak menancap di hati pembaca,” kata Budi.
Budi mengatakan bahwa tulisan yang baik tidak meninggalkan pertanyaan di hati pembacanya.
Pria yang jadi Pemimpin Redaksi Koran Tempo sejak 2016 ini menyebut lima tema yang bisa ditulis dalam story telling. Pertama human interest atau drama kehidupan yang sering kali ada di sekitar, kedua tren alias tema yang sedang terjadi di masyarakat termasuk di media sosial. Ketiga ada tema profil kegiatan yang bercerita tentang siapa motor, ide, dan kesulitannya. Kemudian, ada pula profil individu dan kesuksesan seseorang serta apa yang menginspirasinya.
Budi pun memberikan delapan tips untuk bisa menulis secara story telling. Pertama, pergunakan kalimat sederhana dan sependek mungkin. Satu kalimat maksimal 12 kata. Kedua, hindari kalimat bercabang-cabang dan rumit. Bagi Budi, kemampuan seseorang menyederhanakan yang rumit menunjukkan kualitas seorang penulis. Ketiga, ceritakan secara deskripsi, bukan menggunakan kata sifat. Keempat, selalu pergunakan kalimat aktif. “Kalimat pasif terkadang menyesatkan. Dengan kalimat aktif, power tulisan juga menjadi lebih besar,” ujar Budi.
Kelima, buatlah judul yang jernih setelah tulisan selesai. Penulisan judul di awal akan membuat penulis terpaku pada judul dan menghabiskan waktu. Keenam, selalu baca ulang tulisan. Usahakan memberikan jeda di tengah-tengah menulis untuk mengendapkan ide dalam pikiran. Ketujuh, sering-seringlah membaca demi meningkatkan kemampuan menulis. Terakhir, meluangkan waktu untuk menonton film juga bisa menjadi tips jitu mengasah kemampuan bercerita. Bagi Budi, tips ketujuh dan kedelapan tersebut punya fungsi memperkaya diksi, alur, dan struktur. “Tulisan bercerita akan memudahkan menyampaikan ide besar kepada umum,” ucap Budi.
Ia mengatakan, sebenarnya yang membuat kita bisa menulis bukanlah bakat, tetapi berlatih. "Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, menulis itu bekerja untuk keabadian,” katanya.