Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Arswendo Atmowiloto adalah seorang penulis tulen. Ia dikenal berkiprah sebagai jurnalis, penulis novel, penulis buku, dan penulis skenario ternama di Indonesia. Dikutip dari Kemendikbud, Paulus Arswendo Atmowiloto lahir di Surakarta pada 26 November 1948, ia dikenal sebagai pengarang serba bisa yang karyanya bernada humoris, fantastis, spekulatif, dan sensasional.
Arswendo mangkat pada Jumat petang, 19 Juli 2019. Dia dimakamkan di Pemakaman San Diego Hill, Karawang Sabtu siang, 20 Juli 2019. Hingga akhir hayatnya, Arswendo masih terus menulis.
Putri bungsu Arswendo, Caecilia Tiara mengatakan ayahnya masih menyelesaikan sebuah karya hingga saat-saat terakhir hidupnya. "Beliau telah merampungkan novel berjudul Barabas. Itu adalah karya terakhirnya. Sedang diproduksi dan segera terbit," kata Caecilia Tiara saat ditemui Tempo seusai pemakaman.
Tiara mengatakan novel Barabas ditulis dengan penuh perjuangan. Saat menulis novel itu, kata Caecilia, kesehatan Arswendo tengah menurun. "Meski begitu, beliau selalu menyempatkan menulis. Entah di lembaran kertas atau di laptop. Beliau selalu menulis," ucap Caecilia mengenang.
Berikut adalah enam karyanya yang paling terkenal:
1. Mengarang Itu Gampang
Salah satu karya paling terkenal Arswendo adalah buku "Mengarang Itu Gampang". Ditulis 38 tahun lalu, buku ini menjadi panduan bagi siapa pun yang berminat untuk menulis. Dengan gaya bahasa yang mudah dipahami, Arswendo memberikan semangat bahwa mengarang bisa dilakukan oleh siapa saja asalkan mau memulainya.
2. Surat dengan Sampul Putih
"Surat dengan Sampul Putih" adalah kumpulan cerpen yang diterbitkan pada 1979. Cerpen-cerpen dalam buku ini menunjukkan kepiawaian Arswendo dalam meramu cerita yang menarik dan menyentuh. Karya ini menjadi salah satu bukti keahlian Arswendo dalam menulis cerpen.
3. Telaah tentang Televisi
Kumpulan cerpen lain yang terkenal adalah "Telaah tentang Televisi" yang diterbitkan pada 1986. Dalam buku ini, Arswendo mengeksplorasi berbagai tema yang berkaitan dengan televisi dan pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat. Buku ini menampilkan sisi kritis dan humoris dari Arswendo terhadap fenomena televisi.
4. Keluarga Cemara
Dilansir dari Tempo, "Keluarga Cemara" adalah salah satu karya Arswendo yang paling dikenang. Berawal dari novel atau cerita bersambung yang terbit di majalah Hai, cerita ini kemudian diadaptasi menjadi serial TV yang tayang selama hampir sembilan tahun (1996-2005). Serial ini berkisah tentang keluarga Abah yang jatuh miskin dan harus berjuang di desa. Karya ini kemudian diadaptasi menjadi film layar lebar pada 2019, yang sukses memikat 1,7 juta penonton.
5. Abal-Abal
Selama berada di tahanan karena kasus tabloid Monitor, Arswendo menulis beberapa novel, salah satunya adalah "Abal-Abal" yang diterbitkan pada 1994. Novel ini bernada absurd, humoris, dan santai, menggambarkan kehidupan orang-orang tahanan beserta masyarakat umum yang mengalami keputusasaan dalam menghadapi situasi yang sulit.
6. AUK
Novel lain yang ditulis Arswendo selama di tahanan adalah "AUK", juga diterbitkan pada 1994. Seperti "Abal-Abal", novel ini juga bernada humoris dan absurd, menampilkan kepiawaian Arswendo dalam meramu cerita yang menarik dan menghibur, meskipun dalam situasi yang sulit.
Dinukil dari Antara, Arswendo Atmowiloto meninggal di Jakarta pada 19 Juli 2019, meninggalkan jejak yang mendalam dalam dunia sastra dan hiburan Indonesia. Karya-karyanya, yang mencakup ribuan cerita fiksi berbagai genre dan puluhan artikel opini, terus dikenang dan menjadi inspirasi bagi banyak penulis dan pembaca.
WINDA OKTAVIA | RINI KUSTIANI
Pilihan Editor: Alih Wahana Keluarga Cemara
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini