Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PESTA sunatan Yandi terpaksa dibatalkan. Pasalnya, juru sunat Bogem di Ciracas, Jakarta Timur-cabang Bong Supit Bogem, Prambanan, Yogyakarta, yang tersohor-kesulitan memotong kulup bocah 10 tahun itu. Menurut Listya, ibu Yandi, penis anak bungsunya itu terlalu kecil, terbenam di dalam tubuhnya yang berbobot 67 kilogram. Padahal, dengan tinggi 150 sentimeter, seharusnya berat badan Yandi 50 kilogram.
Untuk anak seperti Yandi, bobot tubuh dan ukuran penis berbanding terbalik. "Lantaran penisnya terlalu kecil, juru supit meminta Yandi menjalani diet makanan dan terapi di sini," kata Listya saat ditemui di klinik dokter Naek L. Tobing, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis malam dua pekan lalu, sepekan setelah juru supit batal menunaikan tugasnya.
Penis Yandi terbilang kecil, 3,7 sentimeter. Pengukuran dilakukan dari pangkal penis, di saat penis "rileks". Normalnya, panjang penis anak berusia sepuluh tahun 5,3-7,5 sentimeter. Seorang anak dinilai memiliki mikropenis jika penisnya kurang 2,5 sentimeter dari panjang normal (lihat tabel).
"Lebih dari 90 persen anak dengan kasus mikropenis yang datang ke sini mengalami obesitas," ujar Naek. Dan jumlah kasus ini terus merangkak naik dalam sepuluh tahun terakhir, kata pemilik klinik Center for Sex and Marital Studies itu. Kini, saban hari, setidaknya sepuluh anak dengan mikropenis dan obesitas, seperti Yandi, berobat ke klinik Naek. Saat musim libur, jumlah pasien untuk kasus ini bisa melonjak dua kali lipat.
Peningkatan juga diakui Profesor Wimpie Pangkahila, Ketua Bagian Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali. Kini, dalam sebulan, 10-15 anak dengan keluhan mikropenis datang ke kliniknya. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, menurut Aman Bhakti Pulungan, pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM, pada 2010 terdapat 114 pasien mikropenis. Tahun ini, hingga April, tercatat sudah ada 37 pasien.
"Mikropenis adalah masalah anak yang umum dan sering dijumpai," kata Aman, yang juga menjabat Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Menurut literatur, mikropenis dapat ditemukan pada 0,6 persen anak. "Pasien mikropenis lebih banyak lagi yang berobat ke praktek-praktek dokter endokrin anak," ia menambahkan.
Menurut Naek, pada anak yang gemuk, penis kurang berkembang. Lapisan lemak yang tebal juga menyebabkan penis tidak jelas kelihatan alias mendelep atau terbenam. Kondisi inilah yang menyebabkan banyak anak sulit disunat. Selain panjangnya, diameter penis mereka lebih kecil dibanding anak normal. Pada anak usia 10 tahun, misalnya, diameter penisnya hanya 1,4-1,5 sentimeter, padahal normalnya harus mendekati 2 sentimeter.
"Anak obesitas cenderung mengalami penurunan kadar hormon testosteron yang mengganggu pertumbuhan penis," kata Naek.
Terbenamnya penis dalam lemak karena kegemukan dibenarkan Aman, juga Bambang Tri, dokter endokrin anak FKUI-RSCM. Namun bisa saja sebenarnya ukuran penis anak tersebut normal. Dalam kondisi ini, lebih penting mengobati obesitasnya, yang oleh sebagian orang disebut secara salah sebagai simbol kemakmuran. "Kalau berat badan bisa diturunkan, penis akan muncul sendiri," ujar Bambang.
Sejatinya, bila mikropenis tidak disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan susunan saraf pusat, terapinya sangat sederhana, yaitu dengan obat hormon testosteron suntikan tiap 3-4 pekan, sebanyak empat kali. Dengan dosis yang tepat, ukuran penis akan bertambah. Untuk tindakan ini di RSCM, menurut Bambang Tri, pasien cukup membayar sekitar Rp 400 ribu.
Terapi hormon testosteron pula yang diberikan Naek L. Tobing. Bedanya, hormon itu tidak disuntikkan, tapi dioleskan karena berupa krim, plus kapsul untuk diminum, sehingga lebih ramah bagi anak. Dengan pengobatan 1-2 bulan, Naek mengatakan hasilnya sangat memuaskan. Penelitian yang dilakukan Center for Sex and Marital Studies (1995-1996) pada 381 anak dengan mikropenis menunjukkan rata-rata pertambahan panjang penis mereka mencapai 48,6 persen, sementara diameter penis bertambah 50,9 persen. Naek mengklaim, terapinya tak menimbulkan efek samping apa pun. Untuk terapi hormon testosteron itu, pasien harus membayar Rp 1,9 juta.
Cowok yang sebentar lagi masuk sekolah menengah pertama itu harus mengkonsumsi tiga kapsul tiap pagi dan sore selama sebulan, plus mengoleskan krim hormon pada penis 4-7 kali sehari. Diyakini ada kemajuan, pada hari terakhir sebelum kapsul habis, Yandi diminta disunat. Setelah lukanya kering, Yandi, yang kini tak lagi makan daging ayam broiler kegemarannya lantaran diet, diminta datang ke Naek untuk diperiksa.
Naek, Wimpie, Aman, dan Bambang sependapat bahwa terapi mikropenis akan efektif bila dilakukan saat anak belum mengalami pubertas. Prinsipnya, lebih dini lebih baik. Pengobatan terlambat, apalagi tak diobati, akan membuat ukuran penis si anak saat dewasa cenderung tetap mikro.
Jika saat kanak-kanak ukuran penisnya 3 sentimeter, Naek memperkirakan, saat dewasa ukurannya hanya akan berkembang menjadi 6 sentimeter. Ukuran itu jauh dari rata-rata penis orang dewasa Indonesia, yakni 10,4 sentimeter, seperti hasil penelitian Naek terhadap 3.500 pria dewasa di Tanah Air. "Jika panjang penis kurang dari 8 sentimeter, sudah mulai ada problem dengan kepuasan istri saat berhubungan seksual," katanya.
Repotnya, setelah dewasa, ukuran penis tak lagi bisa diotak-atik. Dengan operasi pun, yang pernah dicoba di beberapa negara, hasilnya tak seperti yang diharapkan. Wimpie meminta kaum pria berhati-hati terhadap berbagai iklan di media massa dengan janji muluk membesarkan dan memperpanjang penis.
"Itu iklan bohong dan penipuan. Banyak pria datang ke klinik saya menjadi korban setelah penisnya berubah bentuk dan rusak akibat suntikan silikon cair gara-gara terpengaruh iklan tersebut," kata Wimpie. "Di antara korban itu ada anggota Polri dan TNI." Buntutnya, selain bengkak atau benjol-benjol, ada di antara mereka yang penisnya tak lagi bisa mengalami ereksi.
Dwi Wiyana
PERBEDAAN UKURAN PENIS*
(dalam cm)
Umur | Normal | Penis kecil | Mikropenis |
Prematur | 2,1 - 2,9 | 1,5 - 2,1 | < 1,5 |
Lahir normal | 3,1 - 3,9 | 1,87 - 3,1 | < 1,875 |
0 - 5 bulan | 3,1 - 4,7 | 1,9 - 3,1 | < 1,9 |
6 - 12 bulan | 3,5 - 5,1 | 2,25 - 3,5 | < 2,25 |
1 - 2 tahun | 3,9 - 5,5 | 2,5 - 3,9 | < 2,5 |
2 - 3 tahun | 4,2 - 6,0 | 2,85 - 4,2 | < 2,85 |
3 - 4 Tahun | 4,6 - 6,4 | 3,25 - 4,6 | < 3,25 |
5 - 6 tahun | 5,1 - 6,9 | 3,75 - 5,1 | < 3,75 |
10 - 11 tahun | 5,3 - 7,5 | 3,75 - 5,3 | < 3,75 |
Dewasa | 9,7 - 15,1 | 7,2 - 9,7 | < 7,2 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo