Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEPINTAS alat itu seperti timbangan berat badan. Karena itu Sri Lestari, 34 tahun, heran ketika diberi tahu bahwa peranti itu bisa mengukur umur biologisnya. Penasaran, Sri ikut ditimbang dalam acara promosi sebuah produk suplemen kesehatan yang diadakan pada April lalu di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan. ”Ternyata umur biologis sel-sel badan saya 27 tahun. Jadi tubuh saya lebih muda dari umur saya sebenarnya,” kata Sri, Rabu pekan lalu.
Sedangkan Hendra, suami Sri, bernasib sebaliknya. Saat diukur, angka-angka di panel digital menunjuk poin 45 tahun. Padahal usia manajer di sebuah perusahaan telekomunikasi itu baru 35 tahun. Menurut alat itu, ia terlalu gemuk dan kandungan lemak dalam tubuhnya berlebih.
Sejak itu Hendra menghindari makanan berlemak dan gorengan. Sarapan dan makan malam pun diganti minuman suplemen, yang dipromosikan itu. Mereka juga membeli alat seharga hampir Rp 1,5 juta itu agar bisa mengukur umur biologis secara rutin.
Perubahan pola makan itu dalam sebulan berhasil menurunkan ukuran lingkar perut, kandungan lemak, juga berat badan Hendra. ”Setelah ditimbang lagi, ternyata umur biologis suami saya turun jadi 40 tahun,” kata Sri tersenyum lebar.
Mengukur umur biologis memang tengah jadi tren. Berbagai acara promosi produk makanan dan minuman kesehatan biasa menyertakan stan yang dilengkapi alat penghitungnya. Berbagai pusat belanja juga menjajakan alat tersebut.
Pengukuran umur biologis secara cuma-cuma juga ditawarkan banyak situs di Internet. Situs growyouthful.com, misalnya, memberi tahu umur biologis setelah mengisi sekitar 130 pertanyaan tentang kesehatan dan pola hidup sehari-hari.
Pertanyaan-pertanyaan itu mirip yang biasa ditanyakan saat berkonsultasi dengan dokter. Menurut dokter spesialis penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, tenaga medis memang diajari menaksir usia biologis seseorang berdasarkan kondisi fisik dan psikologis.
Dalam dunia medis memang dikenal dua jenis perhitungan usia. Ada umur kronologis, yang dihitung berdasarkan tanggal lahir. Lalu umur biologis, yang ditentukan berdasarkan kondisi fisik dan organ seseorang. ”Umur biologis memang sangat dipengaruhi gaya hidup dan kondisi kesehatan seseorang,” kata Ari. ”Karena itulah ada orang yang umur biologisnya lebih tua daripada usia sebenarnya.”
Menurut Ari, meningkatnya rasa ingin tahu orang tentang usia biologis itu positif, karena bisa mengikis kemalasan memeriksakan kondisi kesehatan. ”Mudah-mudahan ini mendorong orang mau rajin melakukan general check-up,” ujarnya.
Namun, agar hasil pengukuran lebih akurat, ia menyarankan agar pemeriksaan itu dilakukan tenaga medis. Rumah sakit punya berbagai alat dan cara buat mengukur umur biologis berbagai organ tubuh. ”Yang diukur adalah masih seberapa bagus fungsi organ tertentu,” kata Ari.
Ia mencontohkan densitometer, pengukur kepadatan tulang, bisa dipakai menghitung umur tulang. Seiring dengan bertambahnya usia, kemungkinan tulang keropos semakin besar. Namun ada kalanya osteoporosis atau penyakit tulang keropos terjadi pada mereka yang berusia muda, antara lain akibat konsumsi obat-obatan tertentu.
Umur pembuluh darah arteri juga bisa ditaksir. Penuaan pada arteri ditandai dengan terjadinya kekakuan pada pembuluh tersebut. Kekakuan itu bisa diketahui dengan menganalisis pulse wave velocity, yang didapat dari alat rekam jantung.
Kepala Pusat Riset Penuaan Universitas Nancy, Prancis, Athanase Benetos, menjelaskan kekakuan arteri biasa ditemukan pada orang berusia lanjut. Namun, dalam risetnya yang dimuat di jurnal kesehatan jantung Circulation, Benetos menemukan penuaan dini arteri bisa terjadi karena konsumsi garam berlebihan, tekanan darah tinggi, denyut jantung terlalu cepat, atau buruknya fungsi ginjal.
Benetos juga menemukan, pembatasan asupan garam dan pengendalian tekanan darah dalam jangka panjang bisa mengatasi kekakuan arteri. ”Karena itu penting untuk mengetahui penuaan dini arteri sehingga penyakit jantung dan stroke bisa dicegah,” kata Benetos.
Selain mendiagnosis dan mencegah penyakit, pengukuran umur biologis dipakai dalam terapi kesuburan. ”Penghitungan umur ovarium dipakai untuk menentukan cadangan dan kualitas sel telur,” kata Budi Wiweko, dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Klinik Yasmin Kencana Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Iko, begitu ia biasa disapa, menjelaskan sel telur diproduksi pada tubuh perempuan sejak masih janin berumur delapan minggu. Pada saat itu ada sekitar delapan juta sel telur yang dihasilkan. Jumlah itu menurun tinggal satu juta buah ketika lahir. Lalu berkurang lagi jadi sekitar 400 ribu ketika menstruasi pertama.
Iko menjelaskan, teorinya, pada usia 37 tahun perempuan memiliki sekitar 25 ribu sel telur. Tapi bisa saja, kata dia, pada perempuan yang usianya lebih muda jumlah sel telurnya cuma tersisa 25 ribu. ”Itu artinya umur ovariumnya lebih tua daripada umur dia sebenarnya,” ujarnya.
Penuaan dini ovarium yang ditandai sedikitnya cadangan sel telur umumnya terjadi karena faktor genetik. Tapi bisa juga terjadi karena radiasi sinar-x dari alat roentgen atau obat-obatan perawatan kanker dengan kemoterapi.
Umur biologis ovarium bisa diukur memakai alat ultrasonografi. Jika usianya masih muda, paling tidak total ada delapan calon sel telur pada uterus. Cara lainnya adalah mengukur kandungan follicle-stimulating hormone (FSH) dalam darah. Semakin tinggi kadar FSH, semakin tua umur ovarium.
Namun kedua cara pengukuran tersebut dinilai Iko kurang efektif karena hanya bisa dilakukan pada hari kedua haid. Karena itu, Klinik Yasmin sejak akhir tahun lalu mengenalkan cara menghitung umur ovarium yang baru, yakni dengan menakar kandungan anti-Müllerian hormone (AMH) dalam darah. ”Pengukuran ini lebih mudah karena tidak harus dilakukan saat haid,” kata Iko. ”Akurasinya lebih baik karena AMH adalah hormon yang diproduksi oleh sel telur.”
Oktamandjaya Wiguna
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo