Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Melatih Lidah Menyukai Sayuran

Pakar nutrisi menjelaskan alasan banyak orang tidak suka sayur. Berikut cara agar kita bersahabat dengan sayuran.

6 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi seorang wanita memakan sayur. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Ketidaksukaan banyak orang terhadap sayur merupakan kondisi yang alamiah, meski kita menyadari besarnya manfaat sayuran.

  • Sayur mengandung fitonutrien yang pahit, sedangkan evolusi manusia mengartikan rasa pahit sebagai ancaman racun.

  • Riset mendapati semua orang bisa beradaptasi dengan rasa pahit dari sayuran.

Anda tidak suka makan sayur, lalapan, dan salad? Tidak jadi masalah. Sebab, masih banyak pilihan makanan lain dengan berbagai cara pengolahannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, mengingat kebanyakan dari kita kurang makan sayur, meski hampir semua—survei menyebutkan 81 persen—dari kita menyadari bahwa makan sayur merupakan cara mudah untuk meningkatkan kesehatan, tidak ada salahnya kita memaksakan diri untuk melakukannya. Jika sayuran bikin Anda enek dan malas makan, jangan khawatir, dengan sedikit upaya dalam waktu yang relatif singkat, Anda bisa bersahabat dengan sayuran.

Mengapa kita tidak suka makan sayuran?

Sayuran merupakan satu ironi dalam evolusi manusia, yaitu sangat bermanfaat, tapi kita tidak serta-merta suka mengkonsumsinya. Manusia lebih dulu berevolusi dengan menyukai rasa manis dan gurih dari makanan berkalori tinggi karena ancaman kelaparan memiliki risiko yang lebih urgen ketimbang kesehatan jangka panjang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sayur-mayur tidak mengandung banyak energi, tapi kaya akan serat, vitamin-mineral, dan senyawa pendongkrak kesehatan yang disebut bioaktif. Zat-zat bioakftif ini ikut memunculkan rasa pahit pada sayuran. Senyawa yang juga kerap disebut fitonutrien itu diproduksi oleh tumbuhan untuk melindungi diri dari tekanan lingkungan dan pemangsa. Zat yang menimbulkan rasa pahit itulah yang paling dibutuhkan manusia dari tanaman.

Sayangnya, manusia berevolusi ke arah yang berlawanan. Rasa pahit diterjemahkan oleh tubuh sebagai ancaman zat beracun. Kehadiran rasa pahit juga menjaga tubuh dari kemungkinan mengkonsumsi berlebihan satu jenis tanaman.

Ilustrasi seorang anak tidak menyukai makan sayur. Shutterstock

Sayuran yang sama bisa dirasakan amat pahit bagi sebagian orang dan terasa biasa-biasa saja bagi sebagian orang lain. Perbedaan rasa itu disebabkan oleh genetika tubuh kita masing-masing. Manusia memiliki sedikitnya 25 reseptor untuk mengenali rasa pahit dan tiap orang memiliki kombinasi yang berbeda-beda. Jadi ada orang yang betul-betul merasakan sejumlah senyawa pahit dari suatu sayuran, sementara orang lain nyaris tidak mendeteksinya.

Artinya, titik awal tiap orang berbeda-beda soal persinggungan dengan sayuran. Jadi kita perlu bersabar. Toh, di mana pun titik awalnya, jalan untuk menyukai sayur dan salad tidak berbeda.

Butuh waktu dan kesabaran

Kita dapat melatih indra perasa karena genetika dan reseptor bersifat dinamis. Eksposur yang terus-menerus dapat membantu kita beradaptasi dengan rasa pahit.

Sementara kita mengubah menu makan, enzim dan protein-protein lain di ludah kita juga berubah. Hal ini mengubah cara berbagai senyawa pada makanan dicerna dan dikenali oleh indra perasa kita. Belum diketahui pasti bagaimana perubahan itu berlangsung, tapi prosesnya kurang-lebih sama dengan pelatihan perilaku kognitif lain.

Lengkapi sayuran dengan bahan lain yang kita suka

Kabar baik dari proses adaptasi ini adalah kita dapat menggunakan berbagai cara untuk menutupi rasa pahit sayuran. Garam dan lemak dapat mengurangi sensasi pahit. Jadi menambahkan bumbu pada sayuran ataupun saus pada salad langsung menjadikan rasanya lebih enak.

Anda bisa saja berpikir, “Bukankah kita perlu mengurangi asupan garam dan lemak?” Betul. Tapi kita bisa mendapatkan lebih banyak nutrisi dengan mengurangi makanan tak penting, seperti kue, biskuit, dan keripik, bukan dengan menghindari sayuran.

Menambahkan rasa pedas, bisa dari cabai dan merica, juga dapat menutupi rasa pahit. Begitu juga dengan melengkapi salad dengan buah-buahan yang manis. Kita dapat menyatukan sayuran dengan makanan lain yang kita sukai.

Pada dasarnya, sayur, lalapan, dan salad bisa kita kreasikan. Jika tak suka sayur bayam bening, misalnya, tak jadi masalah. Kita bisa bereksperimen dengan menambahkan bahan-bahan lain yang kita suka. Coba-coba itu termasuk soal tekstur. Ketimbang makan lalapan dengan aneka jenis sayur utuh, kita bisa mencoba makan sayuran yang dicacah. Siapa tahu suka.

Ilustrasi sayur. Shutterstock

Menentang bias asumsi

Proses adaptasi rasa ini bisa terbantu dengan membongkar berbagai asumsi usang soal makanan. Misalnya anggapan bahwa setiap makanan yang enak pasti tidak sehat. Sebaliknya, makanan sehat itu tidak enak. Kita perlu membuang jauh-jauh asumsi tersebut supaya bisa menikmati sayuran.

Penelitian mendapati orang-orang yang makan sayur dengan label yang berfokus pada rasanya yang enak cenderung lebih menikmati sayuran tersebut ketimbang sayur yang sama dengan label “makanan sehat”.

Semua bisa menyukai sayuran

Sayuran jelas-jelas bermanfaat baik, tapi kita perlu lebih bersabar dan ramah kepada diri sendiri saat hendak makan sayur lebih banyak. Mulailah berdamai dengan sistem biologis dan otak kita, bukan malah menentangnya.

Terakhir, jangan menghakimi diri sendiri, juga orang lain, yang tidak menyukai sayuran, lalapan, atau salad yang kita sajikan. Sebab, masing-masing dari kita berangkat dari titik yang berbeda dalam latihan untuk menyukai rasa sayuran. 

---

Artikel ini ditulis oleh Emma Beckett, dosen senior ilmu makanan dan nutrisi di School of Environmental and Life Sciences, University of Newcastle, Australia. Terbit pertama kali dalam bahasa Inggris di The Conversation edisi Global dan diterjemahkan oleh Reza Maulana dari Tempo.

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus