Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Upaya Menekan Zona Risiko Tinggi Covid-19

Bupati dan wali kota diminta memperhatikan peningkatan jumlah kasus di zona merah.

 

21 November 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas kesehatan mengambil sampel nasofaring saat uji usap pada sejumlah pekerja di Cimahi, Jawa Barat, 20 November 2020. Kota Cimahi sendiri saat ini berada di zona merah penularan Covid-19 . TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GUBERNUR Jawa Barat Ridwan Kamil selama sepekan rutin mengkoordinasi penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dengan pemerintah kabupaten/kota di wilayahnya. Jumlah zona merah di Jawa Barat bertambah menjadi tujuh dari tiga daerah. “Ada penambahan zona merah selepas libur panjang. Ini yang cukup signifikan,” ujarnya di Markas Kodam III Siliwangi, Bandung, Selasa, 17 November lalu.

Tiga daerah sebelumnya yang masuk zona merah adalah Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan Karawang. Jumlahnya bertambah setelah Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi masuk dalam kawasan pandemi dengan risiko tinggi.

Ridwan Kamil menyebut sejumlah daerah yang masuk zona merah justru mendapat rapor terbaik dalam penilaian pengendalian Covid-19. Hal itu terlihat dalam penilaian kinerja kabupaten/kota dalam pengendalian Covid-19 dengan parameter penelusuran (tracing), penanganan (treatment), pencegahan (prevention), tata laksana, dan hasil.

“Yang paling baik adalah Kota Bekasi, walaupun zona merah, sebenarnya kinerja pemerintahnya luar biasa. Kemudian Kabupaten Ciamis, Kota Sukabumi, Kota Cimahi,” ujar Ridwan. “Kota Cimahi, walaupun zona merah, kinerjanya sebenarnya sudah sangat luar biasa. Terakhir Kota Sumedang.”

Pemerintah provinsi, kata Ridwan, mewaspadai adanya lonjakan angka pasien positif Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Lonjakan jumlah kasus terjadi selepas libur panjang. Hal ini dikhawatirkan dapat melewati batas standar Badan Kesehatan Dunia (WHO). “Sekarang ada di 66 persen. Mudah-mudahan terus kami kurangi,” tuturnya.

Menurut Ridwan, lonjakan jumlah kasus Covid-19 di wilayahnya terjadi setelah libur panjang cuti bersama peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada akhir Oktober lalu. Namun tambahan angka kasus itu tak setinggi pada libur panjang Idul Adha, Agustus lalu. Dia mengklaim kenaikan yang tak signifikan ini disebabkan penerapan protokol kesehatan yang lebih baik.

Kendati demikian, pemerintah Jawa Barat berkonsentrasi menekan penyebaran wabah pada wilayah yang ditetapkan sebagai zona berisiko tinggi. Salah satu upaya adalah mendorong pemerintah daerah menggencarkan testing agar mencapai standar WHO, yakni 1 per 1.000 penduduk setiap pekan. Tes massal bertujuan menemukan dengan segera orang yang terinfeksi Covid-19 lalu mengobatinya, sehingga penularan bisa dihindari.

Ridwan berharap penanganan kasus Covid-19 di Jawa Barat akan menjadi lebih baik. Kemudian ia mengimbau masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan. “Mudah-mudahan ini karena 3M (menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker) diterapkan, pembatasan di destinasi pariwisata ditegakkan,” ucapnya.

Kali ini, wilayah yang memiliki zona merah terbanyak adalah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kedua provinsi ini mencatat kenaikan angka kasus terkonfirmasi positif berkisar 9 persen. Jawa Tengah mempunyai 10 wilayah zona merah, sedangkan Jawa Barat mempunyai 7 wilayah zona merah. Adapun saat ini jumlah kabupaten/kota yang masuk dalam zona merah sebanyak 28 daerah.

Pemerintah mengingatkan wilayah yang masuk ke dalam zona merah agar memperbaiki penanganan pandemi Covid-19 dan pelayanan kesehatan. Pemerintah daerah diminta meningkatkan dan memasifkan upaya 3T, yakni testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan), dan treatment (perawatan).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan wilayah yang masuk zona merah, di antaranya, adalah Pemalang dan Pati di Jawa Tengah; Kutai Timur dan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur; dan Bandar Lampung di Lampung. “Bahkan Pati di Jawa Tengah berada di zona merah selama 11 minggu berturut-turut. Mohon bantuan gubernur dan wali kota atau bupati betul-betul memperhatikan kondisi ini,” tuturnya saat memberi keterangan pers di Kantor Presiden, Kamis, 19 November lalu.
 
Dari jumlah zona merah tersebut, kata Wiku, ada lima kabupaten/kota yang tersebar pada tiga provinsi berada dalam zona merah selama tiga pekan berturut-turut. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan berjalan lama.

Jika sebuah wilayah berada di zona merah selama berminggu-minggu, hal ini berarti pemerintah dan masyarakatnya sudah lengah. Untuk itu, pemerintah daerah setempat harus berupaya meningkatkan dan memasifkan 3T. Tujuannya, agar angka kasus aktif dan kematian dapat menurun serta kesembuhan dapat ditingkatkan. Protokol kesehatan dipastikan dilakukan secara disiplin oleh masyarakat. “Jangan biarkan daerah Anda menjadi sumber utama penularan,” ucap Wiku.

Dari jumlah daerah yang berada dalam zona merah, saat ini ada 10 kabupaten/kota dengan skor yang hampir mendekati zona oranye. Secara skor, zona merah adalah daerah dengan skor kurang dari 1,8, zona oranye 1,81-2,4, zona kuning 2,41-3, dan zona hijau dengan skor lebih dari 3.

Adapun 10 kabupaten/kota yang mendekati zona oranye ini memiliki skor 1,8-1,74. Sepuluh daerah itu adalah Kota Gunung Sitoli, Kota Payakumbuh, Kota Tanjungpinang, Pesawaran, Kota Cilegon, Karawang, Sragen, Lumajang, Kota Kupang, dan Kutai Timur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesepuluh kota itu juga diingatkan untuk bergotong royong dalam mencegah penularan Covid-19 agar pekan depan dapat berganti menjadi zona oranye. “Ini artinya kita mampu mengurangi risiko penularan dan risiko pada masyarakat,” ujar Wiku.

Meskipun kotanya berstatus zona merah, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan angka kesembuhan pasien di wilayahnya mencapai 93 persen. Adapun tingkat kematian hanya 2 persen. Ia menyebutkan pihaknya masih menggelar tes secara masif. Targetnya, 10 ribu swab test dengan metode polymerase chain reaction (PCR) setiap pekan. “Infrastruktur (fasilitas kesehatan) juga lengkap,” ucapnya.

EKO WAHYUDI | AHMAD FIKRI (KONTRIBUTOR)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus