Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Dampak Buruk Masuk Sekolah Jam 5 Pagi Menurut Psikolog

Pakar perkembangan anak menilai kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi di NTT bakal berdampak buruk bagi siswa. Cek dampak psikologisnya.

3 Maret 2023 | 09.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah guru SMA memberikan pengarahan kepada para siswa saat apel pagi di SMA Negeri I Kupang di Kota Kupang, NTT, Rabu, 1 Maret 2023. Pemerintah provinsi NTT menerapkan kebijakan aktivitas sekolah bagi SMA/SMK Negeri di NTT dimulai pukul 05.00 WITA dengan alasan untuk melatih karakter siswa/siswa SMA/SMK di NTT. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Reaksi terus bermunculan terkait masuk sekolah jam 5 pagi di Nusa Tenggara Timur. Pakar perkembangan anak, remaja, dan pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Novi Poespita Candra, menilai kebijakan jam masuk sekolah pukul 05.30 Wita bakal berdampak buruk bagi siswa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Masuk lebih pagi, terburu-buru, dikhawatirkan anak-anak jadi tidak sempat sarapan atau sarapan namun kurang berkualitas sehingga mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kebijakan masuk sekolah lebih pagi juga bisa berdampak negatif pada fisik, emosi, maupun kognisi siswa. Dari sisi fisik, masuk sekolah lebih pagi akan mempengaruhi kualitas tidur sehingga berpengaruh pada kondisi fisik anak. Selain itu, penambahan jam sekolah akan mengakibatkan kelelahan kronis pada anak yang bisa menurunkan imunitas tubuh sehingga lebih rentan terserang penyakit dan mengurangi fokus belajar.

Salah satu pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan ini mengatakan kebijakan masuk sekolah pagi juga akan berpengaruh pada emosi anak karena harus bangun lebih pagi yang jelas tidak mudah. Begitu jga dengan orang tua yang bisa tersulut emosinya ketika menjumpai anak-anak belum siap.

“Akan banyak berpotensi memunculkan problem emosi, yang seharusnya berangkat dengan emosi positif penuh harapan dan motivasi, namun justru diawali dengan emosi negatif. Belum lagi kalau terlambat anak akan menerima hukuman. Di sini anak-anak juga bisa timbul emosi dan begitu juga gurunya emosi karena capek,” ujarnya.

Munculkan emosi negatif
Menurutnya, ada lingkaran persoalan emosi negatif yang dimunculkan dalam kondisi itu. Apabila hal tersebut berlangsung dalam jangka panjang dikhawatirkan dapat menurunkan motivasi belajar siswa dan mengajar guru. Kebijakan tersebut, menurutnya, juga mempengaruhi aspek kognitif pada anak karena otak manusia akan berfungsi secara optimal jika kondisi seluruh tubuh berada dalam keadaan fit dan bahagia.

Jika hal itu tidak terjadi maka otak tidak dapat berfungsi secara optimal sehingga berkontribusi pada penurunan kualitas numerasi, literasi, serta pengambilan keputusan karena masuk sekolah lebih pagi membuat anak juga bakal kehilangan waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga. Demikian pula dari sisi keamanan, kebijakan ini masih kurang tepat.

"Kalau masuk lebih pagi masih gelap. Ini perlu dipikirkan keamanannya, terutama daerah-daerah pinggiran yang jalanannya masih sepi, bahaya," tegasnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus