Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Dampak Kurang Gizi, Stunting sampai Risiko Penyakit Infeksi

Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi menjadi faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami stunting.

10 Maret 2021 | 21.40 WIB

Ilustrasi stunting. freepik.com
Perbesar
Ilustrasi stunting. freepik.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang dan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi menjadi faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami stunting.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yusminatati, pakar gizi di RS Semen Padang menyebut kurang gizi dapat menyebabkan gangguan kesehatan serta meningkatkan risiko penyakit infeksi dan penyakit tidak menular, seperti kardiovaskular, penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke, diabetes, serta kanker.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Asupan gizi adalah hal yang penting namun sering diabaikan oleh banyak orang. Ada banyak hal yang sebenarnya harus diketahui mengenai asupan gizi agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari penyakit," kata Kepala Ruangan Gizi RS Semen Padang itu.

"Oleh sebab itu, asupan gizi merupakan hal penting untuk diperhatikan, terutama di masa pandemi, karena tubuh akan rentan terserang virus saat berada dalam kondisi tidak baik," katanya.

Ia menjelaskan asupan nutrisi sudah harus diperhatikan sejak 1.000 hari pertama kehidupan terhitung dari proses pembuahan hingga anak berusia 2 tahun. Seribu hari pertama adalah periode unik ketika fondasi kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan saraf yang optimal di seluruh umur ditetapkan. Jika kebutuhan nutrisi tersebut tidak dipenuhi maka berisiko menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi stunting.

"Karena itu penting untuk mengetahui bagaimana asupan nutrisi yang cukup agar tidak mempengaruhi juga generasi penerus bangsa,” lanjutnya.

Ia memaparkan ciri lain asupan gizi yang tidak bagus yaitu kurangnya nafsu atau selera makan selama dua minggu berturut-turut, mudah lelah, gelisah, kurang semangat dalam menjalani aktivitas, dan terjadinya penurunan berat badan signifikan sehingga tidak sesuai dengan acuan berat badan optimal dengan tinggi badan.

Terkait dengan temuan kasus gizi buruk, ia mengungkap hal itu dipengaruhi pengetahuan, ekonomi, sosial, dan budaya. Menurutnya, pengetahuan yang bagus dari orang tua saat membesarkan anak-anak secara tidak langsung akan memberikan pemahaman yang bagus pada anak.

"Ekonomi keluarga juga berpengaruh besar dalam menjaga asupan gizi. Ketika kondisi keuangan bagus, orang tua dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan anak dalam masa tumbuh kembang," jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya gizi seimbang, yaitu pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan memantau berat badan secara teratur.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus