Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Media sosial dinilai memiliki sisi positif dan negatif bagi remaja. Dari sisi positif, media sosial bisa memungkinkan remaja berinteraksi sosial, menurut psikolog klinis dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Nanda Rossalia, M.Psi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dia dapat intimacy, bukan hanya di hubungan romantis tetapi di semua aspek hubungan siapa pun, misalnya dengan kolega, orang tua, keluarga besar," ujar Nanda dalam webinar Remaja dan Gawai, Sabtu, 14 Mei 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bila mengambil contoh Instagram, media sosial dikatakan bisa menjadi sarana mengekspresikan diri dan emosi para pengguna. Hanya saja, Nanda mempertanyakan apakah sudah benar emosi yang disalurkan itu. Mengutip pernyataan peneliti bidang psikologi Samantha Henderson, Michael Gilding, menuturkan pemanfaatan media sosial secara bijak mampu mengendalikan diri dengan produktif dan positif, maka dia dapat menumbuhkan kepercayaan yang sangat berperan dalam kualitas hubungan sosial individu.
"Tetapi ini juga bisa berlaku sebaliknya. Trust itu terkikis karena media sosial. Ini menjadi isunya remaja," kata Nanda.
Di sisi lain, media sosial juga dapat memunculkan dampak negatif. Salah satunya karena mengganggu fungsi manusia sebagai makhluk hidup dan sosial. Menurut Nanda, salah satu kondisi yang dianggap memprihatinkan dalam hal ini yakni membuat renggangnya hubungan.
"Susah dibuat batasan. Sering cek status. Susah lepas dari media sosial sehingga kewajiban lain terabaikan," tutur Nanda.
Nanda mengungkapkan, sekitar 90 persen remaja menggunakan internet secara reguler dan 70 persen di antaranya pengguna aktif dan memiliki setidaknya satu profil di media sosial. Sementara khusus Instagram, survei yang dilakukan NapoleonCat tahun 2020 menunjukkan pengguna aktif di Indonesia mencapai 62.470.000 dengan 50 persennya perempuan berusia 18-24 tahun.
"Mungkin remaja banyak menggunakan itu untuk berinteraksi. Mau disalahi enggak bisa juga karena kondisi kita dua tahun terakhir seperti ini. Tetapi kita tetap harus mengajak mereka mengeksplorasi hubungan sosialnya," katanya.