Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Deteksi Dini Masalah Ginjal dengan Tes Urine

Pakar mengatakan deteksi dini penting untuk mengetahui adanya penyakit ginjal kronis, salah satunya lewat tes urine.

18 Februari 2022 | 15.22 WIB

Ilustrasi ginjal. thestatesman.com
Perbesar
Ilustrasi ginjal. thestatesman.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Tes atau pemeriksaan urine bisa dijadikan cara untuk deteksi dini penyakit pada ginjal, macam peradangan. Begitu kata Sekjen Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dr. Djoko Wibisono, SpPD-KGH. Tes urine dilakukan untuk mengetahui kadar protein, rasio albumin, dan kreatinin dalam urine.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Deteksi dini penting. Kalau ada protein di urine itu sudah merupakan tanda kerusakan ginjal secara dini. Deteksi secara terus menerus untuk mengetahui adanya penyakit ginjal kronis," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Djoko mengatakan tes urine bisa dilakukan pada bayi untuk mengetahui ada tidaknya protein dan sel darah merah di dalam urinenya, yang menjadi tanda dini penyakit autoimun atau peradangan di ginjal.

"Tidak jarang masih balita bisa cuci darah karena penyakit autoimun, penyakit peradangan ginjal. Harus dideteksi dini urinenya. Bayi pun harus dideteksi, jangan sampai urinenya ada protein, sel darah merah. Itu tanda dini, hanya urine saja," tuturnya.

Selain tes urine, pemeriksaan darah juga disarankan untuk menilai kinerja ginjal dengan melihat kadar limbah dalam darah, seperti ureum dan kreatinin. Pemeriksaan urine dan darah juga bisa membantu mendeteksi ada tidaknya peradangan di ginjal.

"Kalau mau mendeteksi dini melihat kreatininnya, urinenya ada kebocoran protein, ini tidak mahal. Ini dianjurkan pada masyarakat supaya jangan tunggu sakit baru check-up. Tes darah untuk melihat sisa-sisa metabolisme tubuh seperti ureum dan kreatinin. Tes urine sangat terjangkau biayanya," kata Djoko.

Untuk memastikan kondisi ginjal juga bisa melalui pencitraan seperti USG, MRI dan CT-Scan untuk melihat struktur dan ukuran ginjal serta biopsi ginjal, yakni mengambil sampel kecil dari jaringan ginjal untuk menentukan penyebab kerusakan ginjal.

Penyakit ginjal pada stadium 1 atau 2 tidak memunculkan gejala sebelum memasuki kategori lanjut. Saat kondisi lanjut, pasien umumnya merasakan masalah seperti kram dan kejang otot, kehilangan berat badan, kehilangan nafsu makan, lemas, menurunnya ketajaman mental. Tanda lain antara lain wajah pucat, mual, muntah, sesak, kejang, pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki atau tangan, tekanan darah yang sulit dikendalikan, sesak napas, gangguan tidur, hingga disfungsi ereksi.

"Timbul gejala kalau sudah derajat lanjut yakni 3, 4, atau 5. Kalau sudah terkena kita bisa mengobati atau menghambat penyakitnya," kata Djoko seraya menekankan pentingnya gaya hidup sehat sebagai upaya memperlambat perburukan penyakit ginjal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus