Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Disfungsi Ereksi Bisa Memicu Gangguan Jiwa pada Pria

Beberapa penelitian menemukan bahwa disfungsi seksual pada pria ternyata juga dapat memicu terjadinya masalah atau gangguan jiwa.

27 Oktober 2020 | 23.19 WIB

Ilustrasi disfungsi ereksi. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi disfungsi ereksi. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter dari Departemen Medik Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjhin Wiguna menjelaskan beberapa penelitian menemukan bahwa disfungsi seksual pada pria ternyata juga dapat memicu terjadinya masalah atau gangguan jiwa tertentu. "Beberapa masalah kejiwaan yang terkait seperti kecemasan yang menetap, adanya masalah marital yang memicu terjadinya disfungsi seksual, depresi, perasaan bersalah, stres, trauma, adiksi pornografi yang memicu timbulnya pornography induced erectile dysfunction,” kata Tjhin dalam peluncuran layanan terbarunya yaitu Layanan Men’s Health and Couple’s Well-being Clinic RSCM Kencana pada 27 Oktober 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menurut Tjhin, individu dengan disfungsi seksual perlu melakukan konsultasi dengan psikiater agar dapat dikenali secara dini masalah kesehatan jiwa yang mungkin ada sehingga dapat diberikan tatalaksana yang sesuai. Pada umumnya tatalaksana dalam bidang psikiatri diberikan dengan konsep biopsikososial, yaitu terapi yang bersifat biologik seperti pemberian psikfarmakoterapi sesuai dengan kebutuhan pasien.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Selain itu juga memberikan terapi psikososial seperti psikoterapi suportif yang bertujuan untuk mendukung atau mempertahankan sistem ego agar terus dapat berfungsi
dengan baik, memperbaiki fungsi adaptif pasien, serta membantu pasien agar memiliki rasa percaya diri yang lebih optimal. Selain itu juga dapat diberikan jenis psikoterapi lain berupa psikoterapi yang bersifat re-edukatif seperti terapi kogntif perilaku untuk membantu pasien mengenali berbagai pikiran negatif yang mencetuskan timbulnya emosi maladaptif.

Kondisi ini menuntun pasien mencari berbagai alternatif pikiran yang lebih adaptif sehingga bisa mengatasi emosi negatif dan mampu membuat pasien merasa lebih nyaman. "Jika diperlukan juga dapat dilakukan psikoterapi yang berorientasi psikoanalitik untuk merekonstruksi kepribadian pasien atau meningkatkan tilikan pasien terhadap dirinya dan juga sekitarnya,” katanya.

Disfungsi seksual merupakan gangguan fisik atau psikologis yang membuat seseorang atau pasangannya kesulitan mencapai kepuasan seksual. Hal ini bisa terjadi baik pada pria maupun wanita. Disfungsi seksual pada pria sendiri dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, namun memiliki hubungan berbanding lurus dengan penambahan usia.
Disfungsi seksual pria menjadi salah satu masalah yang kompleks karena berbagai faktor dapat menyebabkan kondisi ini. Salah satu hal yang membuat masalah disfungsi seksual tidak pernah selesai adalah kurangnya pengetahuan atau kesadaran pria terhadap hal ini.

Ilustrasi disfungsi ereksi. Shutterstock

Berdasarkan survei di Eropa, hanya 50 persen pria yang mengetahui tanda dan gejala disfungsi ereksi, salah satu bentuk disfungsi seksual yang paling umum. Hal ini membuat pasien seringkali datang ke dokter dalam kondisi berat serta berpengaruh signifikan dalam penurunan kualitas hidup akibat kecemasan, rasa malu, rasa bersalah, dan depresi. Tidak jarang, masalah seksual menjadi pencetus konflik dengan pasangan hidup.

Secara umum, disfungsi seksual pada pria dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
1. Disfungsi ereksi, yaitu kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi
2. Ejakulasi dini, yaitu waktu mencapai orgasme yang terlalu cepat
3. Ejakulasi terlambat, yaitu waktu mencapai orgasme yang terlalu lambat atau tidak sama sekali
4. Libido/gairah rendah, yaitu penurunan minat terhadap hubungan seksual

Sebelum menentukan terapi yang tepat, seseorang akan menjalani serangkaian pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan secara pasti diagnosis pasien, serta penyebab yang mendasarinya. Hal ini disebabkan fungsi seksual melibatkan proses yang kompleks, meliputi sistem saraf, hormon, dan pembuluh darah. Contoh pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan gula darah, tekanan darah, dan kolesterol. Bila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan yang lebih spesifik, seperti
kadar hormon testosteron maupun pemeriksaan aliran darah ke genital. Bila ditemukan kelainan, maka pasien dapat berkonsultasi dengan bidang urologi, bidang endokrin penyakit dalam, bidang psikiatri, atau bidang lain yang sesuai dengan hasil temuan.

Manajemen disfungsi seksual pria dimulai dari 3 aspek, yaitu kontrol penyebab gangguan yang bisa disembuhkan, perbaikan gaya hidup, dan edukasi dan konseling pasien dan pasangan. Pilihan terapi pada disfungsi seksual cukup beragam, namun dapat dibagi menjadi beberapa kelompok besar, yaitu:
1. Obat-obatan, seperti sildenafil dan tadalafil
2. Terapi non-invasif, seperti ESWT
3. Terapi hormonal pria
4. Terapi psikologis dengan psikoterapi
5. Alat bantu mekanik, seperti alat vakum dan implan penis
6. Rehabilitasi medik, misalnya dengan pelatihan otot-otot penunjang aktivitas seksual dengan
biofeedback

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus