INI mungkin memang barang yang sama sekali baru. Dan riskan pula
bagi para dokter untuk membicarakannya. Soal pemakaian "susuk",
yang dari zaman dulu sampai sekarang mempunyai penggemar
tersendiri, baik wanita dan pria, rupanya bisa jadi obat yang
jitu buat orang yang tak ingin punya anak. "Jadi bukan cuma unNk
sex-appeal (daya tarik seks) saja," kata seorang dokter di
Jakarta.
Sejumlah 1.500 wanita di Brazilia, Chili, Muangthai, Dominika
dan Yamaika, sejak 1975 mencoba alat anti hamil yang baru ini.
Hasilnya sama dengan pil maupun injeksi anti kesuburan. Bedanya
kalau pil harus diminum saban hari dan tak boleh telat satu hari
pun, dan injeksi dilakukan 3 bulan sekali, susuk ini dipasang 5
tahun sekali. Dijamin, dalam 5 tahun tak terjadi kehamilan.
Susuk buatan Wyeth Corporation dari Amerika Serikat ini terdiri
dari kapsul yang kecil panjang sebesar anak korek api.
Panjangnya 34 mm dan garis tengah 2,41 mm. Di dalamnya
terkandung levanorgestrel yang berkhasiat menghambat pembuahan.
Alat anti hamil ini disisipkan di bawah kulit. Dipasang
berjajar, 6 buah jumlahnya. Pada prinsipnya susuk ini bisa
dipasang sesuai dengan kemauan akseptor. Sebab dia bisa dipasang
di mana saja. "Tapi untuk amannya dipasang membujur di lenganl
bawah bagian dalam," urai dr. Biran Affandi, ahli kandungan dari
Klinik KB Raden Saleh dan lektor madya Fakultas Kedokteran UI.
Bisa saja susuk itu dipasang di dada, misalnya, tapi
dikhawatirkan nanti akan melorot ke perut atau lari ke punggung.
Jadi lebih baik terselip di lengan saja. Sebab ada siku yang
akan menghalanginya kalau si susuk mau jalan-jalan.
Dari bawah kulit, levanorgestrel sedikit demi sedikit larut dan
masuk ke dalam darah. Obat itu baru habis dalam 5 tahun.
Kemudian selongsongnya dikeluarkan dan susuk baru dipasang
kembali. Kalau susuk dilepas apakah si akseptor bisa hamil?
"Bisa," jawab Biran yang mendalami obat anti hamil ini. "Setahun
setelah dilepas, menurut penelitian, si ibu bisa hamil lagi,"
katanya. "Dalam jangka 7 tahun kans untuk hamil adalah 80-90%."
Orang-orang yang berkecimpung dalam program KB merasa optimis
cara baru ini akan mendapat sambutan baik. "Jangan lupa di
beberapa daerah orang sudah terbiasa pakai susuk," kata dr.
Biran Affandi. Deputi Keluarga Berencana Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Pusat, Dr. Haryono Suyono juga beranggapan
begitu.
Menteri Kesehatan, Soewardjono Soeryaningrat yang juga menjabat
kepala BKKBN memberi lampu hijau untuk menjalankan penelitian
mengenai susuk yang satu ini. "Kalau hasilnya memang baik akan
dimasukkan dalam program KB," katanya sepulang dari sidang WHO
di Jenewa minggu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini