Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Dokter Sebut Kaitan Kurang Tidur dan Risiko Obesitas

Dokter gizi mengingatkan kurang tidur, khususnya pada usia produktif, berisiko obesitas di kemudian hari.

7 Maret 2023 | 20.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ahli gizi klinik Eva Kurniawati mengingatkan kurang tidur, khususnya pada usia produktif, berisiko obesitas di kemudian hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Usia produktif kurang tidur ternyata bisa berhubungan dengan craving-nya jadi lebih. Nanti kalau craving timbul, excess kalorinya besar, nanti jadi obesitas," ujar anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDSGKI) itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan seiring pertambahan usia, waktu tidur umumnya menjadi lebih pendek. Walau begitu, ia menyarankan agar kualitasnya tetap terjaga. Menurut Mayo Clinic, durasi tidur orang dewasa minimal sekitar tujuh jam per malam sementara yang berusia 13-18 tahun direkomendasikan 8-10 jam per malam. Durasi ini lebih singkat dari anak usia 6-12 tahun dan 3-5 tahun yang masing-masing butuh 9-12 jam serta 10-13 jam per 24 jam (termasuk tidur siang).

Orang dewasa yang durasi tidurnya kurang dari tujuh jam setiap malam secara teratur dikaitkan dengan kesehatan yang buruk, tidak hanya penambahan berat badan dan memiliki indeks massa tubuh (IMT) 30 atau lebih tinggi tetapi juga berhubungan dengan munculnya diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, dan depresi.

Ukur lingkar perut
Sementara itu, kriteria obesitas pada orang dewasa menurut Kementerian Kesehatan dapat dinilai dari indeks massa tubuh (IMT) atau BMI di atas 27 dan mengukur lingkar pinggang untuk menunjukkan obesitas sentral. Pria dikatakan obesitas sentral bila memiliki lingkar pinggang lebih dari 90 cm sementara wanita di atas 80 cm. Eva menyarankan pemeriksaan lingkar pinggang secara berkala untuk mendeteksi obesitas sentral selain mengukur berat badan dan tinggi badan untuk menghitung IMT.

"Syukur-syukur kalau ada cek komposisi tubuh, jadi bisa tahu fat berapa persen, cek lingkar perut karena dengan obesitas sentral semua peningkatan risiko penyakit kronis," katanya seraya menyarankan pemeriksaan gula darah dan kolesterol.

Pemeriksaan kesehatan berkala dan istirahat cukup sebenarnya menjadi bagian dalam perilaku hidup sehat CERDIK yang digaungkan Kementerian Kesehatan guna menjauhkan orang dari berbagai berbagai penyakit tidak menular. Perilaku lain yang juga termasuk dalam CERDIK yakni mengeyahkan asap rokok, rutin berolahraga, menerapkan pola makan sehat dan seimbang, serta mengelola stres.

"Rajin berolahraga kalau yang dari pradiabetes itu bisa mengurangi risiko jadi diabetes 40 persen. Jadi harus konsisten rajin berolahraga," pesan Eva.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus