Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Semakin baik tampilan restoran, maka semakin luas pula jaringan bagi para pelanggan untuk mempromosikannya dari mulut ke mulut. Hal ini dirasakan pula oleh Machfud, atau yang lebih dikenal dengan sapaan Haji Apud, pemilik restoran Empal Gentong H. Apud di Cirebon, Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yang mulanya empal gentong hanya bisa dinikmati warga sekitar Cirebon saja, lambat laun nama Empal Gentong Haji Apud merambah ke seluruh penjuru negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahkan menurut H. Apud sendiri, kebanyakan pelanggan yang datang ke restoran empalnya ini bukanlah warga asli Cirebon. Ia mengaku baru mengetahuinya setelah Indonesia dilanda pandemi Covid-19.
Saat itu, Apud mengalami banyak kerugian sehingga restoran empalnya ditutup selama beberapa bulan. Ia pun menyadari bahwa ketika PPKM berlangsung dan waktu makan pelanggan dibatasi, pelanggannya 90 persen berasal dari luar kota.
Banyak di antara mereka yang sengaja datang dari luar kota untuk makan siang di sini lalu langsung kembali pulang ke kota asalnya.
“Jadi saking banyaknya tugas-tugas Jakarta-Bandung, masuk ke Cirebon atau akan meneruskan perjalanan ke Jawa Tengah, Jawa Timur, kan mampir dulu ke sini. Setelah ada tol, takutnya pengaruh kan ya, orang jadi enggak lewat sini,” ujar Apud kepada Tempo.co di kediamannya pada Sabtu, 29 Januari 2023.
“Tapi justru karena ada tol, (perjalanan) jadi cepet, dari Jakarta ke sini Cuma dua jam. Jadi orang dari Jakarta itu mau makan ke sini, terus balik lagi, kan luar biasa,” tambahnya.
Kebanyakan dari mereka adalah para PNS, pengusaha, maupun pejabat pemerintah yang sedang mengadakan rapat di Cirebon atau daerah sekitarnya. Adapun para aktris, aktor, penyanyi, bahkan ulama ternama di Indonesia sudah banyak yang merasakan enaknya hidangan karya H. Apud.
“Ya banyak sih, RI 1, Pak Jokowi, Pak SBY, semuanya lah. Di kabinet yang sekarang aja pada datang, menteri siapa itu Pak Haji lupa, kemarin datang ke sini," kata Haji Apud mengenang siapa saja yang pernah berkunjung ke kedainya.
Empal Gentong Haji Apud. Dok.Empal Gentong Haji Apud Cirebon
Menu apa saja yang ada di restoran H. Apud?
Selain empal gentong dan empal asem, banyak makanan khas Cirebon lainnya yang tersedia di kedai ini. Sate kambing, nasi lengko, sop kambing, bahkan ada ayam goreng, tahu gejrot, es durian, dan berbagai hidangan lainnya.
Menurut Apud, menu-menu ini berasal dari pendapat dan saran konsumen. Ketika banyak yang menanyakan “Kok ,enggak ada nasi lengko?”, maka di situlah peluang melebarkan sayap datang.
“Tapi ya kita usahakan juga enggak asal-asalan. Kita cari orang yang ahli di bidang nasi lengko, karena dia pasti tahu bahan-bahan yang bagus belinya di mana, resepnya seperti apa. Jadi enggak asal-asalan,” kata Apud.
Selain menu yang ada di restorannya, H. Apud juga membuat suatu terobosan baru, yakni menciptakan bumbu empal instan. Memiliki banyak varian dan dikemas dalam wadah kaleng, bumbu ini bisa dijadikan oleh-oleh bagi para pelanggan yang datang dari luar kota.
Cabang Empal Gentong H. Apud
Saat ini, Empal Gentong H. Apud sudah memiliki tiga restoran. Satu restoran pusat di Jalan Ir H Juanda atau Battembat di Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, kemudian ada dua cabang di Jalan Tuparev dan Kompleks Pasar Batik Trusmi Plered, Cirebon.
Cabang di Tuparev dibangun dengan tujuan agar orang-orang yang tengah memiliki urusan di pusat kota lebih dekat jika ingin makan Empal. Selain itu, untuk menghindari kemacetan juga, karena di restoran pusat sudah terlalu ramai.
Sedangkan cabang Kompleks Pasar Batik didirikan atas dasar permintaan mantan Bupati Cirebon Sunjaya Purwadi Sastra untuk meramaikan Pasar Batik yang terlihat monoton.
Dengan menjalankan tiga kedai ini, H. Apud sudah memiliki 130 karyawan. Akan tetapi ia tetap selalu melakukan quality check dengan berkunjung ke dapur dan mengecek rasa masakan.
Walaupun sudah ada dua cabang, namun kedai pusatnya tetap selalu ramai. Hal ini menurut H. Apud disebabkan karena orang-orang berpikir bahwa rasa masakan di pusat lebih enak, padahal semua bumbu dan bahan-bahan di ketiga restoran disiapkan secara bersamaan, sehingga rasanya pun jelas akan sama.
“Padahal kan sama saja ya, bikinnya di satu dapur dibagi tiga. Jadi ya terserah konsumen aja maunya di mana,” kata Apud.
PUTRI SAFIRA PITALOKA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.