Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis anak dari Poliklinik Advance RSIA Bunda Jakarta, dr. Abdullah Reza, SpA, menjelaskan, lebam bukan gejala tunggal kanker darah atau Leukemia. “Gejala lain yakni kurus, tidak nafsu makan, nyeri tulang, dan demam lebih dari dua minggu bahkan ada pasien yang demam lebih dari dua bulan".
Baca juga:
Kenapa Lebam Bisa Jadi Leukemia? Tilik Jawaban Dokter
Heboh Leukemia, Tilik 2 Jenis Kanker Darah yang (juga) Berbahaya
Riset Terbaru: Leukemia Lebih Rentan pada Orang Diabetes?
Makin gawat jika leukosit dilahap juga. Abdullah menyebut, leukosit adalah angkatan bersenjata bagi tubuh. Apa jadinya jika militer tubuh dilumpuhkan? Abdullah mengingatkan, sel leukemia sangat licik. Sel Leukemia sadar bahwa leukosit satu-satunya sel darah yang memiliki inti sama. Jadi, setelah membantai leukosit, sel leukemia menyamar menjadi leukosit.
“Itu sebabnya saat darah pasien diperiksa, hemoglobin dan trombosit turun, tapi leukosit bisa turun bisa juga naik. Sering kali sel ganas itu terdeteksi sebagai leukosit. Itu sebabnya kita sering mendengar istilah leukemia adalah sel darah putih yang tidak terkendali. Dalam kamus medis disebut hiperleukositosis. Padahal, leukosit yang asli sudah dibantai, lalu sel leukosit gadungan ini mengudeta daya tahan tubuh pasien,” beri tahu Abdullah.
Agar tidak tertipu leukosit gadungan, pasien disarankan menjalani pemeriksaan gambaran darah tepi (GDT). GDT memungkinkan pasien dan keluarga mendapatkan gambaran sel ganas yang sesungguhnya.
Jika usia pasien yang diduga mengidap leukemia di atas 2 tahun, sampel darah diambil dari tulang panggul. Namun anak di bawah 2 tahun, tulang panggulnya masih tipis. Maka dokter mengambil sampel dari tulang tibia yang berada di bawah lutut.
Jika hasil GDT memperlihatkan eksistensi sel leukemia, Anda mesti berkonsultasi dengan dokter hematologi-onkologi anak.
“Berdasar pengalaman, yang paling banyak menyerang anak-anak adalah leukemia limfoblastik akut dengan tingkat kesembuhan mencapai 70-80 persen. Namun dalam leukemia, sebenarnya tidak mengenal istilah sembuh melainkan remisi dengan pengobatan,” beri tahu alumni Universitas Indonesia itu.
Abdullah menambahkan, “Saat ini metode pengobatan Leukemia satu-satunya di Indonesia kemoterapi. Pada fase awal, pasien diinfus. Berikutnya obat dimasukkan ke cairan otak melalui sumsum tulang belakang. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan pasien untuk melewati fase ini.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini