Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anak adalah aset berharga bagi masyarakat dan masa depan. Karena itu, perlindungan terhadap hak-hak dasar anak, seperti hak atas pendidikan, kesehatan, dan perlindungan dari eksploitasi merupakan langkah awal yang krusial. Peringatan Hari Anak Sedunia setiap 20 November dapat menjadi panggung untuk mengevaluasi sejauh mana komitmen dalam memberikan perlindungan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Indonesia, generasi saat ini menghadapi sejumlah tantangan yang berkaitan dengan mentalitas dan kesehatan mental. Beberapa kasus yang dapat dicermati melibatkan berbagai aspek, seperti tekanan akademis, dampak teknologi dan media sosial, ketidakpastian pekerjaan, isu kesehatan mental, urbanisasi dan pemisahan keluarga, pertentangan generasi, dan pengaruh budaya populer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui pemahaman terhadap tantangan-tantangan tersebut, Indonesia dapat mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan mental generasi muda. Pendidikan kesehatan mental yang lebih luas, dukungan sosial yang lebih baik, dan pengembangan keterampilan adaptasi, dan ketahanan mental dapat membantu mengatasi berbagai kasus yang berkaitan dengan mentalitas generasi masa depan di Indonesia.
Menumbuhkan mental generasi memerlukan pendekatan yang holistik. Pendidikan yang tidak hanya fokus pada pengetahuan akademis tetapi mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan karakter akan membentuk individu yang mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
Guru dan orang tua memiliki peran sentral dalam membentuk fondasi ini melalui pendekatan pengajaran yang mendukung perkembangan seluruh aspek pada diri anak. Penting juga lembaga pendidikan untuk mengatasi stigma seputar masalah kesehatan mental. Menyediakan dukungan dan mendukung pembicaraan terbuka tentang kesehatan mental adalah langkah kunci dalam melatih mental yang kokoh pada anak.
Karena itu, Hari Anak Sedunia bisa digunakan untuk semacam platform mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pemahaman dan dukungan terhadap kesehatan mental anak. Membuka dialog terbuka dan menyediakan sumber daya yang memadai dapat membantu mereka dalam mengatasi tekanan dan stres yang mungkin dialami.
Selain itu, perlu ditekankan membangun mental yang tangguh tidak hanya tanggung jawab sekolah dan keluarga tetapi juga tugas bersama masyarakat. Program komunitas, kegiatan ekstrakurikuler, dan dukungan lingkungan sekitar dapat menjadi elemen penting dalam membentuk karakter dan kepribadian anak.
Lebih dari itu, anak harus memiliki idola sebagai model yang positif dan inspiratif. Idola bisa guru, tokoh masyarakat, orang tua, atau teman sebaya yang memiliki mentalitas tangguh dan positif. Dalam menumbuhkan mentalitas tangguh itu juga dibutuhkan keterampilan hidup dalam menghadapi tantangan di kehidupan sehari-hari. Anak dilatih memecahkan masalah dan berkomunikasi secara efektif.
Cara melatih kesehatan mental
Selain itu, anak juga perlu didampingi dalam penggunaan teknologi. Pemanfaatan teknologi secara bijak diyakini dapat membangun mentalitas secara berimbang. Kehidupan digital dan kehidupan nyata berjalan seimbang, tidak bermuka dua sebab mentalitas rendah dapat mendorong pada kebobrokan mental tanpa disadari pelakunya.
Adopsi teknologi yang pesat dan penggunaan media sosial dapat menyebabkan tekanan sosial, perbandingan diri, dan masalah kesehatan mental. Melatih keterampilan penggunaan teknologi yang sehat dan menyadari dampaknya penting untuk menjaga keseimbangan. Bagaimana melatih mental anak yang kokoh di tengah tantangan dunia sekarang?
Pertama, mindfulness dan meditasi dapat membantu mengelola stres, meningkatkan fokus, dan memperkuat ketahanan mental. Perlu guru khusus bagi anak yang ingin belajar meditasi.
Kedua, olahraga dan kesehatan fisik. Aktivitas fisik teratur tidak hanya baik untuk kesehatan tubuh tapi juga berdampak positif pada kesehatan mental. Melibatkan diri dalam olahraga atau kegiatan fisik lain dapat meredakan stres dan meningkatkan suasana hati.
Ketiga, perlunya memiliki jaringan sosial yang kuat. Membangun hubungan yang sehat dengan teman, keluarga, dan komunitas dapat memberikan dukungan emosional yang krusial dalam menghadapi tantangan.
Keempat, pengembangan keterampilan pribadi, yakni membangun keterampilan seperti resiliensi, kemandirian, dan manajemen emosi dapat membantu menghadapi perubahan dan tekanan dengan lebih baik.
Kelima, pendidikan kesehatan mental. Memahami dan mengakui pentingnya kesehatan mental adalah langkah awal. Pendidikan tentang kesehatan mental dapat membantu mengurangi stigma dan memberikan alat untuk mengatasi masalah.
Keenam, persetujuan terhadap kegagalan. Membangun pemahaman kegagalan adalah bagian normal dari kehidupan dan hal itu justru memberikan peluang pada pelaku untuk belajar dan tumbuh.
Ketujuh, pendekatan hidup seimbang. Mendorong hidup seimbang antara pekerjaan, waktu istirahat, dan kehidupan sosial dapat membantu menjaga keseimbangan mental. Dengan mengintegrasikan pendekatan ini dalam kehidupan sehari-hari, generasi saat ini dapat melatih mental yang kuat untuk menghadapi tantangan dengan keyakinan dan ketahanan yang diperlukan.
Pilihan Editor: Kelompok yang Rentan Terkena Gangguan Mental Menurut BRIN