Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Komite Hak-Hak Anak PBB mengatakan bahwa peringatan Hari Anak Sedunia pada Senin 20 November dalam “suasana hati yang suram” karena pembantaian ribuan anak di Gaza oleh serangan brutal Israel, dan mendesak dilakukannya gencatan senjata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Hari Anak Sedunia secara umum dianggap sebagai hari untuk merayakan pencapaian. Namun kini, hari ini menjadi hari berkabung bagi banyak anak yang baru-baru ini meninggal dalam konflik bersenjata,” kata komite tersebut dalam sebuah pernyataan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PBB mencatat bahwa lebih dari 5.500 anak telah terbunuh di Gaza hanya dalam lima minggu terakhir. Sementara ribuan anak Palestina lainnya di Gaza mengalami disabilitas setelah bom Israel merenggut anggota tubuh mereka, seperti tangan, kaki, jari. Bahkan sejumlah anak dilaporkan lumpuh setelah tertimpa bangunan rumah mereka di Gaza.
“Perang ini telah merenggut nyawa lebih banyak anak dalam waktu yang lebih singkat dan dengan tingkat kebrutalan yang belum pernah kita saksikan dalam beberapa dekade terakhir,” tegasnya.
Mengulangi seruannya untuk melakukan gencatan senjata, komite tersebut menyesalkan bahwa Dewan Keamanan PBB "tidak memberikan dukungannya" pada seruan tersebut, dengan alasan bahwa "jeda kemanusiaan" yang disarankan oleh beberapa pihak tidak akan mengakhiri konflik.
“Meskipun resolusi Dewan Keamanan PBB 15 November 2023 yang menyerukan jeda dan koridor kemanusiaan merupakan langkah positif yang diambil oleh komunitas internasional, resolusi tersebut tidak mengakhiri perang yang menimpa anak-anak. Namun, hanya memberikan peluang bagi anak-anak untuk diselamatkan dari ancaman kemanusiaan. Mereka terbunuh pada hari-hari tertentu, namun tidak pada hari-hari lainnya,” katanya.
Dalam gambaran yang lebih besar, komite tersebut mengatakan bahwa terdapat 468 juta anak di seluruh dunia yang tinggal di zona konflik bersenjata, mengutip angka dari Save the Children, sebuah LSM internasional.
Mereka juga menyatakan keprihatinan mengenai ribuan anak yang tewas dalam konflik bersenjata di banyak belahan dunia, termasuk Ukraina, Afghanistan, Yaman, Suriah, Myanmar, Haiti, Sudan, Mali, Niger, Burkina Faso, Republik Demokratik Kongo, dan Somalia.
Menurut angka yang terverifikasi, jumlah anak-anak yang terbunuh atau cacat secara global adalah 8.630 pada 2022, sementara sebanyak 4.000 anak tidak diberi akses kemanusiaan pada tahun lalu.
Mengingat situasi saat ini di Gaza, jumlah anak-anak yang menjadi korban “pelanggaran hak asasi manusia yang berat” ini meningkat “secara eksponensial,” kata komite PBB.
“Dalam menghadapi perang yang berdampak pada anak-anak di seluruh dunia, kami menyerukan kembali gencatan senjata, kembali ke dasar-dasar hukum kemanusiaan, dan penyelidikan menyeluruh oleh pihak berwenang yang berwenang atas semua pelanggaran berat terhadap anak-anak dalam konteks konflik bersenjata,” bunyi pernyataan tersebut.
Sejak Israel mulai membombardir Gaza pada 7 Oktober setelah serangan Hamas, setidaknya 13.000 warga Palestina telah terbunuh, termasuk lebih dari 9.000 wanita dan anak-anak, dan lebih dari 30.000 lainnya terluka, menurut angka terbaru yang dikeluarkan oleh otoritas Palestina.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid dan gereja, juga telah rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat yang tiada henti dari Israel terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Blokade Israel juga telah memutus pasokan bahan bakar, listrik, dan air ke Gaza, serta mengurangi pasokan bantuan hingga hanya sedikit.
Korban tewas di Israel adalah sekitar 1.200, menurut angka resmi. Sekitar 300 diantaranya diakui justru tewas pada 7 Oktober oleh serangan Israel yang mengira mereka adalah Hamas.
Pilihan Editor: Di Peringatan Hari Anak Sedunia, Palestina Sebut 3.000 Siswa Tewas Akibat Serangan Israel
ANADOLU