Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepercayaan diri penting bagi pertumbuhan emosional dan sosial anak dan mengajarkan untuk menghadapi tantangan, mengambil risiko, dan percaya pada kemampuan diri. Namun, perilaku tertentu -- yang sebagian besar tidak disengaja -- dapat mengikis kualitas penting ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut lima hal yang tanpa disadari dapat merusak kepercayaan diri anak dan cara menghindarinya, seperti dikutip dari Times of India.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jangan dikritik terus-menerus
Anak-anak tumbuh dengan dorongan. Tetapi kritik yang terus menerus dapat meninggalkan bekas luka emosional yang tak terlihat. Mengoreksi kesalahan memang penting tapi jika nadanya kasar atau terlalu sering bisa membuat anak mempertanyakan kemampuannya. Fokuslah pada umpan balik yang membangun. Alih-alih mengatakan, “Kamu selalu membuat berantakan,” cobalah, “Ayo kita cari cara untuk merapikannya lain kali.”
Membandingkan dengan orang lain
Pernyataan seperti, “Mengapa kamu tidak bisa seperti saudaramu?” dapat sangat menyakiti hati anak. Perbandingan membuat anak merasa tidak mampu dan dapat menimbulkan kebencian terhadap orang yang dibandingkan. Terimalah kekuatan dan kelebihan unik anak. Ganti perbandingan dengan pujian yang bersifat personal, seperti, “Ibu suka betapa kreatifnya idemu!"
Perlindungan yang berlebihan
Meskipun wajar jika ingin melindungi anak dari kegagalan atau kekecewaan, perlindungan yang berlebihan dapat menghalangi kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan. Anak yang tidak diizinkan membuat kesalahan dapat tumbuh dengan meragukan kemampuannya. Biarkan mereka menyelesaikan masalah kecil secara mandiri. Mulailah dengan tugas-tugas yang mudah dilakukan seperti mengemas tas sekolah atau menyelesaikan konflik kecil dengan teman.
Mengabaikan prestasi anak
Tidak mengakui usaha atau keberhasilan anak, baik besar maupun kecil, dapat membuatnya merasa kurang dihargai. Lama kelamaan, ia mungkin akan berhenti mencoba karena merasa usahanya tidak penting. Rayakan pencapaian, bahkan yang kecil sekali pun.
Ucapan sederhana, “Ibu bangga padamu karena sudah mencoba!” akan sangat membantu dalam membangun kepercayaan diri anak.
Memberi label negatif
Menyebut anak malas, pemalu, atau canggung mungkin terlihat tidak berbahaya pada saat itu. Tetapi label seperti itu dapat melekat dan membentuk persepsi diri anak. Seiring waktu, mereka mungkin akan menginternalisasi kata-kata tersebut dan mulai percaya kata-kata itu mendefinisikan siapa mereka. Fokus lah pada perilaku, bukan sifat. Daripada mengatakan, “Kamu malas sekali,” coba katakan, “Ayo kita berusaha untuk lebih proaktif dalam mengerjakan tugas-tugasmu.”
Pilihan Editor: Tips Tingkatkan Kepercayaan Diri dari Psikolog