Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Olahraga lari sedang menjadi tren di kalangan anak muda. Saat melakukannya, seseorang pun diwajibkan untuk mengonsumsi banyak air sebab berguna untuk mengembalikan cairan tubuh yang telah keluar menjadi keringat dan menghindari dehidrasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sayangnya, dengan banyaknya pilihan air, mulai dari mineral, sparkling water, air kelapa, hingga isotonik, tak sedikit orang yang salah dalam memilih minuman usai berlari. Dalam acara media gathering kedokteRAN 2019, dokter yang sekaligus ketua pelaksana, Jack Pradono Handojo, memberikan edukasinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut imbauan dari American College of Sport Medicine pada tahun 2010, yang sangat disarankan untuk dikonsumsi usai berlari adalah air mineral.
“Air mineral paling baik. Brand-nya bisa apa saja karena tujuannya agar tidak dehidrasi dan mengembalikan cairan yang terbuang lewat keringat,” katanya di Jakarta pada Rabu, 21 Agustus 2019.
Sedangkan yang wajib dihindari itu adalah air isotonik. Berdasarkan literasi yang sama, Jack mengatakan bahwa air isotonik sangat tidak disarankan, khususnya bagi pelari jarak dekat atau dalam durasi kurang dari satu jam karena kandungan gula yang tinggi pada air isotonik.
“Saat lari 5K, cadangan energi di otot dan hati untuk lari masih sangat cukup sehingga tidak perlu ditambah lagi. Kalau begitu, sayang kita lari karena banyak yang tujuannya mau kurus, justru tidak turun berat badannya,” katanya.
Sedangkan untuk lari jangka panjang, barulah konsumsi air isotonik disarankan sebab cadangan energi akan menipis setelah berlari di atas satu jam.
“Di atas satu jam, butuh recovery dan suplementasi dari gula dan ini bisa didapat dari minum air isotonik. Jadi, kalau masih di bawah 1 jam dan ingin mendapat manfaat dari lari, air mineral saja bagusnya,” katanya.