Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Olahraga jalan cepat dan lari menjadi pilihan banyak orang untuk menjaga kebugaran tubuh. Olahraga ini juga mudah dan praktis dilakukan. Jalan cepat dan lari pun sering dianggap mirip karena sama-sama melibatkan gerakan kaki dan tubuh yang cepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski sekilas tampak mirip, jalan cepat dan lari berbeda dari gerakan, teknik, kecepatan, hingga efek terhadap tubuh. Dengan memahami perbedaan-perbedaan ini Anda dapat memilih jenis olahraga yang paling sesuai dengan tujuan dan kondisi fisik, baik untuk menurunkan berat badan, meningkatkan stamina atau kekuatan fisik. Berikut perbedaannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gerakan
Pada jalan cepat, gerakan dengan melangkahkan kaki dengan telapak kaki yang seluruhnya menapak ke tanah. Tumpuan berada pada ujung kaki hingga tumit dengan posisi tubuh yang tegak. Biasanya gerakan jalan cepat terkesan santai dan tidak mengejar kecepatan.
Sementara itu, gerakan lari dengan melangkahkan kaki dengan telapak kaki yang seluruhnya tidak menapak ke tanah. Tumpuannya hanya berada pada ujung kaki atau seperti melayang dan posisi tubuh yang condong ke depan. Gerakan lari lebih cepat dan mengejar kecepatan.
Teknik
Saat jalan cepat, ketika kaki depan menyentuh tanah, kaki lain tetap diluruskan. Selama jalan cepat, kaki tidak diangkat terlalu tinggi. Teknik ini perlu gerakan tubuh yang seimbang dan ritme kecepatan yang konsisten.
Pada olahraga lari, ketika satu kaki mendorong tubuh ke depan, kaki lain terangkat melayang sebelum menyentuh tanah kembali. Teknik lari lebih menekankan pada dorongan kuat kaki sehingga kecepatan yang dihasilkan lebih tinggi dibanding jalan cepat.
Kecepatan
Kecepatan saat jalan cepat dan lari juga berbeda. Jalan cepat umumnya dilakukan dengan kecepatan lebih rendah dibanding lari. Rata-rata kecepatan jalan cepat sekitar 5-8 km/jam dengan jarak 10-20 kilometer. Sedangkan lari dapat dilakukan dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi, mulai dari 10-13 km/jam atau lebih untuk atlet dengan jarak 6-10 km.
Efek terhadap tubuh
Dengan gerakan dan teknik yang berbeda tentunya efek terhadap tubuh juga berbeda. Saat berlari butuh lebih banyak energi dibanding jalan cepat. Misalnya, setelah jalan cepat jumlah kalori dapat terbakar 300 kalori sedangkan setelah berlari jumlah yang dapat terbakar dua kali lipatnya atau lebih, tergantung kecepatan dan jarak yang ditempuh.
Selain itu, gerakan jalan cepat jarang menimbulkan tekanan berat pada sendi-sendi tubuh, terutama pada lutut dan pergelangan kaki. Namun, risiko umum yang mungkin terjadi seperti peradangan otot tendon atau nyeri sehingga jalan cepat sering direkomendasikan bagi yang ingin aktif tanpa perlu pergerakan sendi yang terlalu banyak, seperti lansia atau yang sedang dalam masa pemulihan dari cedera.
Sedangkan gerakan lari memiliki risiko yang lebih tinggi meski memberi banyak manfaat seperti meningkatkan kebugaran tubuh dan membakar kalori lebih cepat. Lari dapat menimbulkan risiko cedera tubuh atau sendi jika dilakukan tanpa persiapan yang cukup atau dilakukan dengan teknik yang salah. Risiko yang umum dialami seperti keseleo, lecet, terkilir, kram, atau memar.
Pilihan Editor: 8 Persiapan sebelum Olahraga Lari agar Tak Membahayakan