Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Jangan Remehkan Dengue, 3 Orang Meninggal Setiap Hari Sejak Januari 2022

Ketahui apa saja perbedaan spesifik dari gejala penyakit dengue dengan infeksi Covid-19.

20 April 2022 | 10.30 WIB

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit demam berdarah atau dengue mesti menjadi perhatian masyarakat, terutama di musim pancaroba. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan kasus dengue masih tergolong tinggi. Sejak Januari sampai 12 April 2022, tercatat ada 32.213 kasus dengue. Dari jumlah itu 323 pasien dengue meninggal. Artinya, setiap hari rata-rata ada tiga orang meninggal karena dengue. Sementara jumlah kasus dengue sepanjang 2021 mencapai 73.518 kejadian dengan 705 pasien meninggal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Koordinator Substansi Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan, Asik Surya mengatakan, butuh kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk mencegah penyakit dengue. "Pada musim penghujan seperti sekarang, dengue menjadi penyakit yang tidak boleh dipandang sebelah mata," kata Asik dalam Media Briefing Takeda: Waspada dan Lebih Pintar Mengantisipasi Penularan Dengue pada Selasa, 19 April 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Asik menjelaskan, pemerintah menargetkan penurunan angka kematian akibat dengue dari 0,9 persen pada 2021 menjadi 0,5 persen pada 2025. Caranya, melanjutkan kampanye pencegahan dengue melalui program 3M plus, yakni Menguras, Menutup, Mendaur Ulang dan berbagai kegiatan pencegahan lainnya. Di antaranya memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat di pintu dan ventilasi, serta memberikan larvasida di tempat penampungan air.

Selain melakukan upaya tadi, Asik melanjutkan, salah satu tantangan dalam mengatasi penyakit dengue saat ini adalah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang perbedaan gejala penularan Covid-19 dan gejala dengue. Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Anggraini Alam mengatakan, gejala dengue memang mirip dengan gejala Covid-19.

"Dengue adalah penyakit demam mendadak tinggi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti," kata. Gejala dengue yang mirip dengan infeksi virus corona adalah demam tinggi, nyeri di sejumlah bagian tubuh, lesu, dan muncul ruam.

Para orang tua, menurut dia, harus dapat membedakan ciri-ciri yang lebih spesifik dari dua penyakit tersebut. Contoh, menurut Anggraini, penderita dengue mengalami demam yang mendadak tinggi dan terus-menerus. "Ini adalah tanda awal dengue," katanya. Pemeriksaan darah juga dapat mengkonfirmasi diagnosa apakah seseorang terkena demam dengue atau bukan.

Beri pasien dengue asupan cairan atau minum sebanyak mungkin. Setelahnya, cek buang air kecil yang harus terjadi setiap kurang dari enam jam. "Asupan minuman ini tidak hanya air mineral," ujarnya. Perjalanan dengue hingga sembuh sekitar tujuh hari, tergantung kondisi berat ringannya penyakit.

Media Briefing Takeda: Waspada dan Lebih Pintar Mengantisipasi Penularan Dengue pada Selasa, 19 April 2022. Dok. Takeda Indonesia

Anggraini melanjutkan, pasien dengue bisa dirawat di rumah dengan memberikan banyak minum dan opat penurun demam. Namun demikian, menurut dia, kondisi pasien harus terus dalam pemantauan tenaga kesehatan dan perawat di rumah memahami betul apa saja tanda bahayanya. Misalkan pasien mengalami muntah-muntah sampai hilang kesadaran. "Jika ini terjadi, segera bawa ke rumah sakit," ujarnya.

Ketua Komunitas Dengue Indonesia, Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan, pandemi Covid-19 dan dengue menjadi double burden, di mana terjadi dua masalah infeksi pada waktu bersamaan. "Karenanya, sangat penting untuk mencegah demam berdarah," katanya. Selain melakukan 3M plus dan mengenali gejalanya, Sri Rezeki mengimbau setiap anggota keluarga dapat mengenali jenis nyamuk Aedes aegypti yang menularkan dengue.

Salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mengatasi dengue, menurut dia, adalah inovasi pencegahan melalui pengembangan vaksin dengue. "Vaksinasi dengue yang aman, dapat melindungi populasi anak dan dewasa, dan tanpa melihat riwayat dengue sebelumnya," ujarnya. Sebagaimana vaksinasi Covid-19, menurut Sri Rezeki, vaksinasi dengue setidaknya dapat mencegah atau menurunkan tingkat keparahan atau fatalitas orang yang terkena virus dengue yang disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

General Manager PT Takeda Indonesia, Andreas Gutknecht mengatakan, penurunan kasus Covid-19 saat ini menjadi momentum untuk mengingatkan kembali bahaya dengue. Penyakit ini juga bisa menyebabkan keparahan, penyebaran yang cepat melalui nyamuk pembawa virus dengue, dan belum ada pengobatan spesifik untuk dengue. "Kami berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya dengue dan pentingnya pencegahan yang inovatif," katanya. Takeda Indonesia, menurut dia, juga mengajak masyarakat mengunggah foto Jentik Jari sebagai pertanda kesadaran bahaya dengue.

Baca juga:
Penyebab Sama, Ini Beda Gejala Demam Dengue dan DBD

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus