Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - PT Bio Farma (Persero) terus mensosialisasi Qdenga, vaksin DBD (demam berdarah dengue yang dikembangkan perseroan bekerja sama dengan PT Takeda Indonesia. Vice Presiden Komersial Nasional Bio Farma, Fitri Puspadewi, mengatakan Bio Farma berupaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan pengembangan produk-produk vaksin. "Salah satunya dengan memasarkan vaksin dengue Qdenga," kata Fitri dalam keterangan tertulis, Rabu, 22 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fitri mengatakan saat ini terdapat peningkatan kasus demam berdarah dengue di Indonesia. Menujuk data Kementerian Kesehatan, kata dia, jumlah kasus DBD meningkat dari 73.518 kasus pada 2021 menjadi 131.265 kasus pada 2022. Angka kematian akibat DBD juga meningkat pada periode yang sama, dari 705 orang menjadi 1.183.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, hingga April 2024, jumlah kasus DBD telah mencapai 91.269 kasus. Sebanyak 641 pasien meninggal akibat penyakit tersebut.
Bio Farma, dalam keterangannya, menyebutkan vaksin Qdenga merupakan vaksin untuk mencegah penyakit dengue yang disebabkan oleh semua serotipe virus dengue yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Vaksin diklaim bisa dipergunakan oleh individu berusia 6-46 tahun.
Bio Farma mengklaim penggunaan vaksin Qdenga tidak memerlukan skrining serostatus sebelum pemberian vaksin. Dengan begitu vaksin Qdenga diklaim dapat dipergunakan pada individu yang belum dan sudah pernah terinfeksi virus dengue. Pemberian vaksin Qdenga juga cukup dengan 2 dosis dalam 3 bulan untuk mendapatkan perlindungan jangka panjang pada penyakit dengeu.
"Sehingga penggunaan vaksin tersebut diharapkan mampu ikut menangani penyebaran DBD," kata Fitri.
Pada Jumat pekan lalu, 17 Mei 2024, Bio Farma menggelar focus group discussion (FGD) untuk menyosialisasikan produk vaksin Qdenga. FGD digelar dengan melibatkan Dinas Kesehatan Bali, Dinas Kesehatan kabupaten/kota se-Bali, serta Direktur RSUD Sanglah di Denpasar, Bali.
Kepala Dinas Kesehatan Bali, I Nyoman Gede Anom mengatakan, DBD merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian cukup tinggi di Indonesia. Kementerian Kesehatan telah menyusun Strategi Nasional Penanggulangan Dengue yang dimulai sejak 2021 lalu hingga 2025. Strategi tersebut di antaranya adalah pemeriksaan jentik secara berkala, pembentukan Tim Gerak Cepat dalam Penanggulangan Kejadian Luar Biasa, penerapan tata laksana dengue sesuai standar, mengajak masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan masing-masing, manajemen program, dan kemitraan dengan Pemerintah.
"Serta yang terakhir tidak kalah penting adalah untuk penggunaan vaksin dengue di kalangan masyarakat untuk penanggulangan penyebaran dengue yang lebih luas di wilayah Provinsi Bali,” kata I Nyoman Gede Anom, dalam keterangannya.
Kepala Bidang PDP Dinas Kesehatan Bali I Gusti Ayu Raka Susanti mengungkapkan ada tiga wilayah dengan kasus DBD tertinggi di Bali, yaitu Gianyar, Badung, dan Buleleng. Kasus kematian akibat DBD terjadi di Denpasar sebanyak 5 kasus; Tabanan 2 kasus; Gianyar dan Klungkung masing-masing 2 kasus; serta Bangli 1 kasus. “Pemanfaatan intervensi yang inovatif utamanya melalui vaksinasi perlu mendapat perhatian khusus dan ditindaklanjuti oleh masing-masing daerah,” kata dia.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Sanglah Bali, I Ketut Agus Somia, mengatakan pasien yang terinfeksi penyakit dengue primer sering kali tidak menunjukkan adanya gejala atau malah hanya menunjukkan gejala ringan. “Maka dari itu diperlukan pencegahan dini untuk memutus rantai penularan tersebut. Vaksinasi merupakan upaya pencegahan infeksi virus dengue dengan meningkatkan kekebalan tubuh sebagai bentuk proteksi diri terhadap penyakit demam berdarah,” kata dia.