Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mulai dari pola makan yang salah, flu hingga kondisi gastrointestinal yang sudah ada sebelumnya, banyak faktor yang dapat menyebabkan perut menjadi sakit. Sakit perut biasanya mudah diobati dengan memperbaiki pola makan dan minum obat-obatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, bagaimana jika sakit perut yang dialami terjadi terus menerus, terasa tidak biasa, dan mengganggu aktivitas sehari-hari? Hal itu dapat mengindikasikan asam lambung atau sesuatu yang lebih serius seperti kanker lambung. Lantas bagaimana cara membedakan antara gejala yang dimiliki oleh kedua kondisi tersebut? Berikut paaprannya dikutip dari Times of India.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dr. Azhar Perwaiz, seorang Associate Director, ahli bedah gastrointestinal dan ahli onkologi dari Institute of Digestive and Hepatobiliary Sciences menjelaskan bahwa kanker lambung dan asam lambung memiliki perbedaan. Kanker lambung terjadi ketika sel kanker berkembang biak tak terkendali di perut dan tumbuh dengan cepat di perut, sedangkan asam ambung terjadi ketika cairan asam pada lambung secara teratur mengalir kembali ke dalam saluran yang menghubungkan mulut.
Baca: Beda Gejala Sakit Perut Akibat Gas dan Usus Buntu
Penyebab Kanker Lambung
Penyebab kanker lambung belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko, yakni:
1. Penggunaan tembakau berlebihan.
2. Obesitas. Ini dapat meningkatkan risiko karena perubahan pensinyalan insulin, peradangan tingkat rendah kronis yang terkait dengan obesitas, dan perubahan metabolisme hormon seks
3. Konsumsi makanan asin secara berlebihan dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker perut. Ini termasuk makanan yang dikeringkan, diasap, diasinkan, atau diasamkan, serta makanan dengan kandungan garam yang tinggi.
Dr Samit Jain, ahli dan konsultan Gastroenterologi dari Jaslok Hospital & Research centre menyebut bahwa orang dengan asam lambung akan memiliki gejala seperti refluks, nyeri dada retrosternal, mual, dan muntah berulang. Sementara itu orang dengan kanker lambung cenderung memiliki gejala seperti kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan yang signifikan (Kira-kira 10 persen dari total berat badan), sakit perut bagian atas yang terus-menerus, hingga kadang-kadang muntah berulang.
Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan adalah dua gejala yang paling umum, sementara rasa terbakar di bawah dada, makanan kembali ke mulut, benjolan di tenggorokan, dan nyeri perut bagian atas lebih umum terjadi pada asam lambung.
Lakukan Pengobatan Asam Lambung
Mengingat asam lambung merupakan penyakit yang lebih jinak, perubahan gaya hidup tertentu seperti menurunkan berat badan, menghindari makanan berlemak dan pedas serta obat-obatan dapat membantu meringankan gejalanya.
Dalam kasus yang lebih serius. Dr Jain mengatakan mengobati asam lambung dengan operasi dapat menjadi pilihan. "Seorang pasien juga dapat memilih operasi jika dia tidak ingin ketergantungan jangka panjang pada obat-obatan dan kemungkinan efek sampingnya," ujarnya.
Dalam kasus kanker lambung, kondisi ini paling baik dikelola di bawah perawatan tim multidisiplin. Pilihan pengobatan tergantung pada stadium kanker, yang meliputi:
1. Operasi radikal
2. Kemoterapi
3. Radioterapi
4. Imunoterapi
Jika gejalanya mirip atau jika pasien mengalami gejala yang mengkhawatirkan seperti penurunan berat badan yang signifikan, pembengkakan di daerah perut bagian atas, muntah terus-menerus bahkan setelah minum obat, hemoglobin rendah, mereka mungkin memerlukan gastroskopi dan modalitas pencitraan tertentu seperti Ultrasonografi atau CT abdomen untuk memastikan diagnosis kanker lambung.
HATTA MUARABAGJA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.