Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kalau ingin mogok makan

Dr oliver e. owen mengungkapkan, siapa saja punya bahan bakar yang cukup untuk bertahan hidup sampai 60 hari, kalau ia minum & diam dengan tenang.(ksh)

13 Juni 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DR. Oliver E. Owen, seorang mahaguru kedokteran pada Temple University Hospital, Amerika Serikat berkata, "siapa saja punya bahan bakar yang cukup untuk bertahan sampai 60 hari, kalau dia minum dan diam dengan tenang." Wanita, katanya, malahan bisa bertahan lebih lama. Karena tubuh mereka mengandung lemak yang lebih banyak. Begitu juga orang yang kegemukan akan bisa melampaui batas daya tahan tadi. Daya tahan berpuasa tergantung pada bahan bakar dalam bentuk lemak dan otot yang terdapat dalam tubuh. Kalau berpuasa, tubuh dengan sendirinya memperkecil jumlah pemakaian bahan bakar. Pada hari-hari pertama tubuh agak boros. Beberapa bahan bakar malah dibuang percuma. Tidak saja lemak yang "dihancurkannya" untuk membuat bahan bakar, tapi juga protein yang terdapat pada otot organ vital, seperti limpa dan ginjal. Ini terutama dilakukannya untuk mensuplai otak. Begitu puasa tadi dilanjutkan, barulah tubuh mulai bekerja efisien. Menjelang hari ketiga, otak -- organ yang paling banyak membutuhkan energi - mulai bisa memanfaatkan ketone: sisa-sisa pembakaran lemak. "Dengan begitu beberapa organ vital tak sampai termakan," ulas Dr. Theodore B. Van Itallie, ahli gizi dan penasihat pada direktorat jenderal kesehatan AS. Katanya puasa tidak menimbulkan rasa sakit. Setelah otak mampu menggunakan ketone, Orang yang puasa mulai merasa "terasing" atau malahan terkadang merasa "gembira". Padahal dalam tubuhnya mulai terjadi perubahan drastis. Detak nadi menjadi lambat. Tekanan darah anjlog di bawah normal. Temperatur tubuh turun. Diet Lapar Jika lemak sudah habis dibakar protein yang terdapat di otot mulai diubah menjadi bahan bakar untuk menghidupkan otak. Ajal mulai datang kalau sebagian besar dari otot-otot dalam tubuh sudah habis terbakar. Menurut Oliver Owen dalam beberapa kasus yang ditelitinya, begitu cadangan lemak sudah habis dan protein dari otot mulai dibakar, terkadang otot jantung ikut pula menciut dan kekuatannya untuk memompa darah pun menjadi sangat lemah. Sedangkan orang yang puasa itu mati karena pneumonia. Tapi Van Itallie menilai ajal datang karena seluruh proses biologis menurun begitu hebatnya disebabkan kekurangan bahan bakar. Otak tak kebagian makanan. "Padahal kesadaran memerlukan aktivitas listrik dalam jumlah. tertentu di otak," katanya. Selain untuk memprotes, sebagaimana yang dilaksanakan Bobby dan teman-teman seperjuangannya, orang berpuasa karena agama. Tetapi ada juga yang melakukannya untuk memerangi kegemukan. Beberapa pusat pelayanan kesehatan di luar negeri melaksanakan starvation diet (diit lapar) sampai seminggu. Di Indonesia belum terdengar ada yang melakukan diit lapar. Yang ada adalah orang yang bertapa sampai 40 hari untuk mencari "kejernihan" dan macam-macam tujuan. Mereka tak makan. Kecuali minum, seperti Bobby Sands cs dari Irlandia. Diit lapar memang tak bisa dilakukan secara serampangan, sebagaimana dikatakan Dr. Walujo Soerjodibroto ahli gizi dari Fakultas Kedokteran UI. "Diperlukan alat-alat khusus untuk mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh si pasien. Alat ini belum kita miliki," katanya. "Kalau diit lapar itu dilaksanakan seenaknya bisa berakibat fatal," kata Walujo. Karena dalam proses pengubahan protein menjadi bahan bakar akan timbul hasil sampingan berupa senyawa yang mengandung Nitrogen. Racun keras ini di dalam hati diubah menjadi urea yang di ginjal dirombak menjadi amonia untuk kemudian dibuang melalui kencing. Tanpa peralatan yang berfungsi sebagai pengawas tidak bisa diketahui Nitrogen yang harus diolah hati-hati bisa terlalu capek. Dan ginjal suatu saat bisa gagal dalam mengolah urea. "Akibatnya si pasien keracunan urea. Bisa mati," kata Walujo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus