Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Gengsi untuk t & t

Tahu dan tempe (t & t) di sebuah stand cilik di pekan raya jakarta. stand yang lain berfungsi sebagai warung. kopti muncul di tahun 1979 untuk mengatasi kesukaran dalam distribusi kedelai.

13 Juni 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

STAND cilik itu menarik perhatian orang banyak. Karena ada papan yang berbunyi: "Di sini dijual: Sumedang KOPTI". Di balik kaca, bertumpuk tahu-tahu yang telah digoreng. Di sudut yang lain, ada jajaran tahu dan tempe mentah. Di bagian yang lain lagi, ada sambel goreng tempe, sambel goreng tahu dan banyak makanan matang lainnya. Dalam kemasan yang apik, makanan yang bahan pokoknya dari tahu dan atau tempe bisa dibawa untuk oleh-oleh. Itulah awal karir T & T (tahu & tempe) di Pekan Raya Jakarta tahun ini, ketika KOPTI (Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia) membuka dua stand. Yang satu berfungsi sebagai warung, dan sebuah -- di anjungan DKI bagian atas -- adalah display untuk mempopulerkan KOPTI. Tapi kenapa disebut Sumedang? Jawab Thamrin, pejabat hubungan masyarakat KOPTI: "Karena kami tahu KOPTI belum begitu terkenal, sedang trademark Sumedang untuk tahu sudah termashur." Sebetulnya KOPTI telah berdiri sejak 1979. Achmad Rouzni Noor bersama A. Madjidsyah, Gutomo dan Shahibu, menyebut tanggal 11 Maret saat KOPTI start tampil ke depan. Koperasi ini bertolak dari usaha penyamarataan distribusi kedelai yang masih diimpor dan selalu tidak cukup. Juga akibat bahan baku itu selalu naik harganya. "Indonesia membutuhkan 4.300 ton kedelai setiap harinya," kata Achmad Rouzi Noor dalam konperensi pers 29 Mei yang lalu. Dari jumlah itu, yang dipakai untuk keperluan produksi tempe 3.000 ton dan untuk tahu 1.300 ton. KOPTI -- yang kini anggotanya ada 12.000 lebih dari 40 koperasi di Pulau Jawa dan Pontianak serta Palembang-kini menuju ke mekanisasi. Terutama untuk pembuatan tahu. Mekanisasi tahu? Ya. Di Jepang, tahu dibuat secara masinal bukan hal yang aneh lagi. Bahkan "di Indonesia, kami sudah mempunyai 15 mesin tahu dan telah berproduksi," kata Achmad R. Noor. KOPTI - percaya dengan mekanisasi ini tenaga kerja justru bertambah. Juga hasil yang diproduksi lebih bersih dan lebih banyak, sementara pemakaian kedelai lebih sedikit. Niat KOPTI yang lain ialah menaikkan gengsi pengrajin tahu dan tempe. Maklum, tempe sering dikaitkan dengan hal yang tidak "maju". Maka KOPTI juga telah menyediakan 100 resep lauk-pauk yang dibuat dari tahu tempe, dan 50 macam resep jajanan dengan unsur kedelai. Ini meliputi kripik tempe, kripik oncom, krupuk tahu atau legendar kedele.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus