Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banyak jenis gangguan kesehatan mental sehingga orang sering salah memahami setiap kondisi. Kasus inilah yang banyak terjadi pada attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memang benar, tak semua penyebab gangguan mental bisa dijelaskan, sebagian masih dalam penelitian. Contohnya, beberapa orang mengaku gangguan mental yang dialami terkait pola makan, vaksin, atau paparan alergen di usia dini, namun pendapat tersebut tak didukung bukti sains.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalu, apa penyebab ADHD? Singkirkan dulu pemikiran gangguan ini juga dipengaruhi penggunaan teknologi pada anak dan remaja. Gangguan ini bisa dialami seseorang sejak lahir dan masa kanak-kanak dan bukan hanya karena pengaruh lingkungan dan perilaku di kemudian hari.
"ADHD adalah sindrom perkembangan saraf dan sesuatu yang sudah dibawa sejak lahir," kata J. Russell Ramsay, psikolog dan pensiunan dosen psikologi klinis di Sekolah Kedokteran Perelman Universitas Pennsylvania, kepada USA Today.
Kebanyakan penelitian menyebut ADHD karena keturunan, perkembangan anak di usia dini, faktor risiko terkait di masa kehamilan.
"Beberapa faktor risiko perkembangan ADHD termasuk kelahiran prematur, paparan alkohol dan tembakau pada janin, dan berat lahir rendah," papar Emma Hepburn, psikolog klinis dan penulis A Toolkit For Your Emotions.
Pengaruh faktor eksternal
Selain faktor-faktor tersebut, ada juga pengaruh eksternal yang berkontribusi pada perburukan kondisi, faktor genetik yang kemudian diperburuk faktor lingkungan dan stres. Beberapa faktor dari luar itu misalnya penggunaan teknologi dan paparan zat beracun seperti dari timah. Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut.
ADHD sendiri pada dasarnya bukan kondisi yang yang bisa dicegah. Apalagi jika kondisi adalah bawaan lahir. Cara pencegahan yang mungkin adalah menjaga pola hidup sehat saat ibu hamil dan menghindari paparan zat beracun yang bisa mempengaruhi janin. Misalnya, ibu jangan merokok dan minum alkohol saat hamil.
Setelah anak lahir, pencegahan bisa dilakukan dengan pola asuh yang tepat. "Beri dukungan selama masa kanak-kanak yang baik untuk perkembangan kesehatan mental dan fisik serta mengurangi risiko gangguan kesehatan mental," saran Hepburn.