Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Kebiasaan Mendongeng Hilang, Anak pun Krisis Moral

Teknologi di era digital membuat orang tua semaking jarang mendongeng buat anak. Dampaknya, anak pun krisis moral. Apa sebabnya?

6 Oktober 2019 | 09.00 WIB

Ilustrasi orang tua mendongeng. momjunction.com
Perbesar
Ilustrasi orang tua mendongeng. momjunction.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang tua zaman dulu yang sering membacakan dongeng untuk anak-anaknya. Waktu itu, keberadaan televisi dan gawai masih terbatas sehingga dongeng dan buku cerita menjadi hiburan penting bagi anak-anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekarang, ketika dunia tidak lagi hampir berjarak karena pesatnya perkembangan teknologi digital, kebiasaan mendongeng semakin langka. Hampir semua anak lahir di era digital yang serbacanggih. Menurut Gery Puraatmadja, seorang pendongeng yang dikenal dengan nama Paman Gery, hal ini sangat disayangkan karena mendongeng sudah terbukti secara ilmiah dapat mendukung tumbuh kembangnya anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Mendongeng dapat memicu imajinasi, menstimulasi rasa ingin tahu, dan membantu perkembangan otak anak karena cerita dapat membawa anak pada fantasi dan petualangan," katanya.

Ketika membaca atau mendengarkan cerita, siapa pun pasti ikut menangis, tertawa, dan bernyanyi bersama dengan tokoh yang ada dalam cerita tersebut, seperti kisah cerita dalam dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih, Si Kancil, Lara Jonggrang, dan Pinokio. Dongeng-dongeng seperti ini adalah kisah cerita yang telah membantu anak-anak dan siapa pun mengenai pelajaran hidup yang berharga serta mengajarkan tentang perbedaan yang baik dan buruk.

Endang Wijayaningsih, Head Marketing PT AustAsia Food, produsen susu Greenfields yang tengah mengampanyekan pentingnya mendongeng untuk anak, juga sependapat.

Ilustrasi orang tua mendongeng. goodnet.org

"Cerita dongeng membantu anak-anak mengerti tentang nilai-nilai kehidupan karena akan lebih mudah membuat anak mengerti tentang sesuatu dengan bercerita,” kata Endang.

Menurutnya, imajinasi anak akan sangat kuat dan unik sebab dengan mendongeng, otak kreatif anak-anak akan didorong untuk membayangkan kisah yang sedang diceritakan. Cara berpikir kreatif seperti ini tentu saja bermanfaat hingga mereka dewasa nanti.

Selain itu, membacakan cerita dari berbagai daerah dan negara juga akan membuat mereka belajar tentang suatu budaya baru. Menurut Goddard Blythe, Direktur Institute for Neuro-Physiological Psychology di Inggris, membacakan dongeng akan membantu anak mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, bukan dengan cara mengajari tapi dengan membuat anak menyimpulkan sendiri dari kisah yang dibacakan untuk mereka.

Cerita dongeng membuat mereka berpikir kritis atas setiap konsekuensi yang akan diterima setiap melakukan suatu hal. Tidak semua tokoh melakukan hal yang baik dan biasanya tokoh jahat ini menerima konsekuensi buruk di akhir cerita, tapi justru ini akan membuat anak berpikir tentang hukum sebab akibat.

Menurut psikolog anak Bruno Bettelheim, yang banyak meneliti peran dongeng dalam kehidupan anak, dongeng dapat menjadi cara bagi anak untuk mengatasi emosinya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus