Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masih banyak salah kaprah pada masyarakat. Produk susu kental manis tidak dapat menggantikan Air Susu Ibu (ASI) dan tidak cocok diberikan pada bayi di bawah usia 12 bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Susu kental manis bukan bentuk minuman tetapi pelengkap sajian," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehata, Siti Nadia Tarmizi .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan asupan makanan dengan gizi seimbang penting untuk tumbuh kembang anak. Pemenuhan gizi pada anak tidak dapat dipenuhi dengan mengandalkan susu kental manis. Salah satu studi terkait penyebab stunting yang diungkap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) karena balita diberi makan nasi dengan lauk kentang goreng, mi instan, kuah bakso, dan susu kental manis.
"Penyebab stunting karena pola makan. Jadi, tentang susu kental manis ini sebenarnya sudah ada beberapa kali sosialisasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), juga bersama Kemenkes," jelasnya.
Antisipasi stunting
Nadia mengatakan susu kental manis adalah produk susu yang memiliki karakter kadar lemak susu tidak kurang dari 8 persen dan kadar protein tidak kurang dari 6,5 persen. Hal ini sesuai dengan Peraturan BPOM Nomor 34 Tahun 2019 tentang Kategori Pangan dan Codex Standard for Sweetened Condensed Milk (CXS 282-1971 Rev. 2018).
"Kadar gula yang cukup tinggi pada susu kental manis juga harus menjadi perhatian masyarakat, khususnya orang tua, karena sesuai aturan Kemenkes, maksimal 50 gram," ujarnya.
Hal lain yang dapat memicu stunting karena ibu tidak memiliki akses terhadap makanan sehat dan bergizi seperti makanan berprotein tinggi sehingga menyebabkan buah hati kekurangan nutrisi. Selain itu, rendahnya asupan vitamin dan mineral yang dikonsumsi ibu juga ikut mempengaruhi kondisi malnutrisi pada janin.
Sejumlah cara mengantisipasi anak stunting, di antaranya dengan memberikan pola asuh yang tepat, MPASI yang optimal, mengobati penyakit anak, hingga perbaikan kebersihan lingkungan dan penerapan hidup bersih keluarga.