Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa hari ini viral di jagat maya perdebatan mengenai manfaat meminum kencing Onta. Perdebatan mengenai itu dipicu oleh aksi seorang tokoh yang meminum menu unik itu dan menceritakan manfaatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kuliner ekstrim pada dasarnya banyak terdapat di berbagai daerah dan negera. Menu tak azim ini awalnya hanya dikonsumsi warga setempat, tapi lama-lama menjadi makanan khas daerah itu. Lalu lahir penelitian-penelitian tentang kandungan dari daging yang digunakan makanan ini sehingga dikonsumsi orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut 7 kuliner yang dianggap ekstrem karena menggunakan bahan dasar dari serangga hingga reptil.
Baca juga: Sannakji, Sajian Gurita Hidup dari Korea
1. Belalang Goreng
Belalang goreng dikenal sebagai makanan khas Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Camilan ini dapat ditemukan di daerah Wonosari, Paliyan, Semanu, atau Pantai Indrayanti.
Belalang goreng berbahan belalang jati yang dibumbui dengan garam dan rempah lalu digoreng sampai kering. Rasanya gurih dan renyah mirip kulit udang yang digoreng. Belalang goreng ini memiliki beberapa jenis rasa. Ada rasa orisinal, pedas, dan pedas manis.
Di Gunung Kidul, warga terbiasa menyantap belalang dengan nasi, sayur, dan lauk lainnya di ladang. Selain digoreng, hewan bernama latin dissosteria carolina itu biasa dimasak dengan cara dibacem sehingga rasanya manis. Belalang goreng diyakini mengandung vitamin A dan protein. Selain dimakan dengan nasi, belalang goreng juga dijual sebagai camilan.
Warga Desa Morkoneng juga dikenal sebagai kampungnya penyantap belalang. Desa ini terletak di Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Disini belalang dipangan sehari-hari layaknya ikan laut atau daging ayam. Menurut cerita, tradisi ini berawal dari kebiasaan para petani yang kehabisan bekal saat meladang. Untuk mengusir rasa lapar, mereka memanggang belalang yang biasa dijumpai di kebun dan ladangnya.
Warga Morkoneng kini tak perlu repot menangkap sendiri belalang karena setiap pagi sampai siang banyak pedagang menjajakan belalang di seberang jalan depan pasar Morkoneng.
2. Gulai Otak Kera
Di pasar Tomohon, Sulawesi Utara, kera adalah salah satu hewan yang dijual dan banyak penggemarnya. Otak kera ini diolah menjadi gulai, sate, atau ditumis.
Khasiat otak kera dinilai bermanfaat untuk meningkatkan vitalitas pria. Selain otak kera, ada juga otak monyet, yang sering dikaitkan sebagai masakan Cina, meskipun ada juga di negara lain. Ada yang memakan otak monyet yang sudah dimasak, ada pula yang memakannya mentah-mentah.
3. Ulat Sagu
Suku Kamaro yang tinggal di Kabupaten Timika, Papua, tak hanya terkenal dengan ukiran kayunya dan tarian khas mereka. Ada makanan khas berupa ulat sagu, yang mereka makan tanpa dimasak lebih dulu. Tradisi demikian sudah melekat sejak lama pada suku ini.
Meski ada juga yang mengolahnya dengan cara merebusnya dan kemudian disajikan dengan sambal. Ada pula yang digoreng dan dicampurkan dengan tumis sayuran. Beberapa warga mengolahnya menjadi satai. Konon, ulat sagu ini dipercaya dapat menjaga stamina.
Ulat sagu juga menjadi makanan khas warga Mentawai, Sumatera Barat, dan kerap dimakan bersama sagu. Ulat sagu ini dinamakan batra, yakni sejenis larva yang menguraikan batang sagu setelah ditebang. Batra bisa dijadikan berbagai varian makanan. Batra dimasak dengan cara disatai, dibakar, atau dimasak di dalam bambu.
4. Sajian Gurita Hidup Sannakji
Makanan asal Korea ini terbuat dari gurita yang masih hidup, hanya dibumbui wijen dan minyak wijen. Walau banyak orang menganggap kuliner ini ekstrem, bagi orang Korea makanan ini lezat, nikmat, dan tidak aneh. Saat di makan, seperti ada yang mengeliat-geliat di dalam mulut.
Perlu teknik dalam memakan gurita hidup utuh ini. Sebab jika salah teknik, hal ini dapat membahayakan nyawa. Tentakel dari gurita bisa tersangkut di tenggorokan hingga menyebabkan gangguan pernapasan dan bahaya tersedak.
Cara yang paling aman mengkonsumsi sannakji adalah Anda harus mengunyah sebanyak 100 kali sebelum menelannya. Dan jangan berbicara saat mulut Anda penuh dengan Sannakji. Banyak cara untuk menyajikan gurita hidup ini. Antara lain dengan meletakkannya begitu saja di piring lengkap dengan dilengkapi air garam dan saus di tempat terpisah. Disajikan secara utuh jika ukuran guritanya tidak terlalu besar. Ada pula yang menyajikannya di atas sayuran rebus di dalam panci.
5. Peyek Laron
Laron banyak dijumpai di musim penghujan. Hewan ini biasanya terbang mengerubungi sumber cahaya seperti lampu. Orang-orang dulu sering memakan laron sebagai lauk saat musim hujan.
Di Wonogiri masih ada warung makan yang menyajikan laron seperti Warung Makan Tessy di belakang Kantor Kejaksaan Negeri Wonogiri. Laron diolah menjadi botok laron, peyek laron, dan laron goreng.
6. Tarantula Goreng
Tarantula goreng dan berbagai serangga lainnya adalah makanan khas Kamboja. Hewan-hewan kecil ini diklaim mengandung protein tinggi dan zat besi yang lebih banyak dari daging sapi.
Bintang Hollywood, Angelina Jolie, adalah salah satu penggemarnya. Dalam sebuah tayangan di stasiun televisi BBC, terlihat Jolie asyik menikmati kalajengking seperti mengunyah keripik.
Dia juga mengajari anak kembarnya yang berusia 8 tahun, Vivienne dan Knox, cara mengkonsumsi laba-laba. "Kalian lihat bagian tubuh yang keras dan terdapat gigi? Lepaskan taringnya," kata Jolie kepada kedua anaknya. Dalam sebuah wawancara di acara Good Morning America edisi Selasa, 28 Februari 2017, Jolie mengaku sudah cukup lama mengkonsumsi serangga.
Pemeran Lara Croft itu pertama kali menikmati serangga saat mengunjungi Kamboja. "Mulailah dengan jangkrik, kemudian tarantula," ujar Jolie.
Serangga juga adalah camilan kesukaan di Thailand, terutama jing leed, yakni jangkrik yang digoreng garing dan diberi saus kedelai. Warga Meksiko menyukai chicatanas, semut sangrai dengan jeruk nipis. Semut juga camilan favorit di Cina dan Brasil. Sedangkan orang Jepang menyukai kepompong ulat sutra.
7. Piton Goreng
Restoran Istana Raja Kobra di Tamansari, Jakarta, menyajikan menu yang tak lazim. Piton goreng, misalnya. Dagingnya diungkep dan diberi bumbu, lantas dibiarkan dalam waktu lama agar bumbunya meresap. Daging lalu digoreng hingga berwarna kecokelatan tanpa bumbu tambahan dan disajikan empat potong berbentuk melingkar dengan rongga di bagian tengahnya. Porsi ini cukup untuk dua orang.
Dagingnya berserat sehingga bisa disuir dan rasanya mirip empal atau gepuk goreng. Menyantapnya pun tak perlu cara khusus. Bahkan sama seperti makan pecel ayam karena bisa disantap dengan nasi dan ditemani sambal khusus menu goreng restoran ini, yakni campuran saus tomat, cabai tumbuk, dan kecap.
Menu lainnya yaitu ramuan darah, empedu ular, sate buaya, dan sup biawak. Atau sup Taiwan yang berisi daging ular yang direbus dengan jahe dan bawang putih. Sementara itu, sup Hong Kong, masakan khas Cina, dibuat menggunakan tepung maizena, sehingga kuahnya kental dengan daging ular dan jamur di dalamnya.
Ada juga sup Korea yang harus dipesan terlebih dulu karena memasak kuliner ekstrim ini perlu waktu paling sedikit enam jam. Waktu yang lama itu ditujukan agar daging plus kulit ular hancur mencair.
ANANG ZAKARIA | MUSTHOFA BISRI | YAYUK WIDIYARTI | PIPIT