Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

KLB Difteri: Bakteri Penyebabnya Ada 3 Tipe, Mana Paling Ganas?

Difteri adalah penyakit infeksi akut yang sangat menular disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheria yang berupa bakteri aerobik, gram positif.

8 Desember 2017 | 15.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi vaksin difteri. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Difteri adalah penyakit infeksi akut yang sangat menular disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheria yang berupa bakteri aerobik, gram positif dan berbentuk basil.

Ada tiga tipe utama bakteri penyebab difteri seperti disebutkan Dokter Spesialis Anak dari RS Premier Jatinegara dr Nurul Iman Nilam Sari SpA. “Yaitu Gravis, Intermedius dan Mitis,” katanya kepada Tempo.co, Jumat, 8 Desember 2017 siang.

Kuman tersebut ditularkan melalui droplet (percikan air liur) atau bahan muntahan dari pasien yang dibawa oleh partikel debu.

Baca juga:
Zumba Tingkatkan Kesehatan Mental, Intip Penelitiannya
Heboh Martabak, Netizen Indonesia dan Malaysia Ramai di Medsos 
Tips Selesaikan Masalah Gaya Jadul, Simak Kata Ahli

Infeksinya sendiri akan ditandai dengan terbentuknya pseudomembran di kulit dan atau mukosa.  Pseudomembran  adalah lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan, kata lulusan spesialis anak dari UI 2014 ini. Difteri dapat terjadi di daerah hidung, tonsil-faring, laring, kulit, vagina, konjungtiva (lapisan tipis yang berada di mata yang berguna melindungi sklera atau area putih dari mata), dan telinga.

Di antara tiga jenis bakteri penyebab difteri tersebut, tipe gravis disebut sebagai paling berbahaya karena menyebabkan gejala berat hingga kematian. “Gravis ini dapat menghasilkan eksotoksin yang menyebar invasif baik lokal maupun sistemik,” kata Nurul.

Disebutkan juga bahwa infeksi bakteri gravis ini biasanya terjadi di daerah saluran napas yaitu tonsil faring dan laring karena bisa menyebabkan pembengkakan jaringan lunak di leher sehingga menyebabkan sumbatan jalan napas sehingga gagal napas dan  menimbulkan kematian,” katanya.

Walaupun berbahaya, tapi menurut Nurul, jika penatalaksanaan perawatannya cepat dan tepat, pasien difteri masih bisa sembuh seperti semula,. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus