Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengapuran lutut adalah salah satu tanda obesitas atau kelebihan berat badan yang patut diwaspadai. Berat badan yang melebihi batas normal dapat menyebabkan pengapuran lutut lebih dini dibanding pemilik berat badan normal sebab berat badan yang berlebihan akan menambah beban pada sendi lutut yang menumpu badan untuk bergerak beraktivitas sehari-hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Beban badan yang terlalu berat akan menyebabkan sendi lutut mengalami pengapuran,” kata pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Em Yunir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bila hal tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, penderita bisa mengalami bengkak atau rasa nyeri yang semakin parah. Spesialis penyakit dalam sub-endokrin itu mengatakan tidak hanya pada bagian lutut, obesitas pun menimbulkan gejala berupa rasa nyeri pada punggung bagian bawah. Gejala ini sebetulnya akan jadi satu dari segala pemicu yang membuat penderita semakin malas bergerak.
“Berat badan berlebihan membuat lemak menumpuk di sana, sini. Kalau berjalan terasa sesak, cepat capek, dan malas melakukan aktivitas fisik. Ini beberapa gejala yang kita jumpai pada pasien kegemukan,” paparnya.
Komplikasi lain
Gejala lain adalah pasien obesitas kerap kali merasa mengantuk dan mengalami kelainan kulit pada area tubuh tertentu seperti pada bagian tengkuk, siku, atau lipatan ketiak yang tampak menghitam akibat adanya resistensi insulin.
Yunir menekankan pada dasarnya obesitas terjadi akibat kandungan makanan yang masuk dan keluar melalui tubuh tidak seimbang. Kondisi ini sangat dipengaruhi kebiasaan sehari-hari yang lebih sering diabaikan pada zaman modern karena kemudahan teknologi dalam pemesanan makanan.
Agar terhindar dari obesitas, Yunir menyarankan masyarakat mulai mengubah pola hidup lewat empat strategi memerangi obesitas. Misalnya, membatasi asupan makanan tidak sehat seperti cepat saji atau makanan dengan kandungan gula dan lemak yang tinggi, mulai disiplin membatasi waktu menonton televisi, bermain gawai, atau waktu duduk lebih dari 30 menit, dan menciptakan suasana tidur berkualitas untuk mengurangi stres.
Untuk lebih menekan risiko obesitas, orang juga bisa mengurangi minuman bersoda, rajin makan makanan bergizi tiga kali sehari yang di dalamnya ada lauk pauk, sayuran, dan buah-buahan sesuai kebutuhan kalori tubuh masing-masing.
Sementara terkait aktivitas fisik, penderita obesitas disarankan rajin berolahraga secara rutin setidaknya 3-5 kali per minggu dengan durasi 30-45 menit. Adapun jenis olahraga yang disarankan seperti berjalan ringan, lari kecil (jogging), sit up, push up, berenang, dan bersepeda.
“Jeda antarlatihan tidak boleh lebih dari dua hari berturut-turut. Pastikan kalau misal mulai Selasa, dilanjutkan ke Kamis, Sabtu, lalu ke Selasa lagi. Pada keadaan khusus, mohon disesuaikan dengan kondisi penyandang,” sarannya.
Penyakit lain yang muncul terkait obesitas antara lain diabetes, Obstructive Sleep Apnea (OSAS) atau gangguan pernapasan saat tidur, Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS), dan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Saat semakin parah, mulai terjadi kerusakan organ yang mapan hingga keterbatasan fungsional tubuh yang signifikan. Beberapa kondisi yang bisa dialami pasien obesitas seperti stroke, komplikasi pembuluh darah diabetik, hingga gagal jantung. Selanjutnya, dapat terjadi kecacatan parah dari penyakit kronis terkait obesitas.
"Mengapa timbul berbagai macam komplikasi? Umumnya adalah kerusakan dinding pembuluh darah yang berisiko terjadinya stroke, pendarahan pembuluh darah, sumbatan penyakit jantung koroner, dan seterusnya," ujar Yunir.
Pilihan Editor: Macam Masalah Kesehatan karena Obesitas Berdasar Tingkatannya