Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Komplikasi yang Bisa Terjadi setelah Sunat, Intip Cara Merawatnya

Ada tiga komplikasi yang bisa terjadi setelah sunat, salah satunya adalah infeksi. Intip cara merawatnya.

25 Juni 2019 | 20.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi alat bedah (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tidak ada yang sempurna. Begitulah kalimat yang juga dapat menggambarkan kondisi seseorang pascasirkumsisi atau sunat. Meski jumlahnya sangat sedikit, komplikasi bisa menyerang dan terjadi pada siapa saja.

Baca juga: Ahli Sarankan Sunat Laki-Laki Maksimal Usia 6 Bulan

Salah satu komplikasi yang muncul setelah sunat adalah infeksi. D
okter spesialis bedah anak dari Rumah Sakit Pondok Indah Yessi Eldiyani mengatakan, ada komplikasi lain yang bisa terjadi, selain infeksi. Untungnya penanganannya tidak sulit. Berikut tiga komplikasi yanng mungkin terjadi setelah sunat. 

1. Peradangan

Peradangan yang terjadi akibat infeksi luka operasi dapat menyerang lima persen dari total keseluruhan pria pascasirkumsisi. Salah satu ciri peradangan ini dapat dilihat saat terjadi bercak kemerahan pada penis. Untuk mengobatinya, Anda cukup memberikan antibiotik oral dan mandi teratur.

2. Pendarahan ringan

Dua hari pertama setelah operasi sirkumsisi, pendarahan ringan di sela-sela jahitan sangat mungkin terjadi. Namun apabila hal tersebut terus berlanjut di hari berikutnya, dan bahkan juga terjadi saat ereksi di pagi hari, Anda perlu memberi perhatian. Segera bersihkan darah dengan air dan kapas. Kemudian, oles salep antibiotik topikal untuk membantu proses penyembuhan serta mencegah infeksi. Jika tak kunjung membuahkan hasil, segera konsultasikan pada ahli.

3. Meatal stenosis

Masalah lain yang dapat terjadi setelah tindakan sirkumsisi adalah meatal stenosis, yaitu penyempitan atau perlekatan pada muara saluran berkemih. Keadaan tersebut dapat terjadi pada 11 persen pasien setelah sunat.

Baca juga: Sunat Bikin Penis Kurang Sensitif, Mitos atau Fakta?

Pada bayi, hal tersebut berhubungan dengan dermatitis yang disebabkan oleh kontak dengan popok sekali pakai. Sedangkan pada anak yang lebih besar hal ini berhubungan dengan balanitis xerotica obliterans (BXO). Untuk menanganinya, oleskan salep kortikosteroid tropikal saja.

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus