Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kalau ke Jepang, jangan hanya mengunjungi Tokyo atau Kyoto. Singgah juga ke Fukuoka, sebuah kota di selatan pulau Kyushu. Kota ini punya banyak keunikan, salah satunya adalah kulinernya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fukuoka dikenal sebagai ibu kota jajanan kaki lima atau street food di Jepang. Cara paling populer untuk menikmati kuliner Fukuoka adalah dengan mengunjungi langsung yatais, sebutan kedai jajanan kaki lima, yang bermunculan setiap malam di sepanjang trotoar dan tepi sungai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yatais umumnya berupa kereta bergerak kecil atau gerobak yang dapat menampung hingga sepuluh pelanggan sekaligus. Biasanya gerobak berdiam di trotoar atau pinggris jalan. Jadi, sebelum pagi, pedagang harus membawa pulang gerobaknya supaya tidak mengganggu pengguna jalan.
Makanan yang ditawarkan yatais
Penjaja kuliner kaki lima di Fukuoka menawarkan berbagai macam hidangan, mulai dari mi dan tusuk sate hingga pangsit dan pancake. Suasananya nyaman dan hidup, orang-orang mengobrol dengan para koki dan sesama pengunjung sambil menikmati hidangan tradisional.
Yatais menawarkan berbagai macam hidangan, namun yang paling populer dan ikonik adalah tonkotsu ramen, ramen kaldu tulang babi yang berasal dari Hakata, sebuah distrik di Fukuoka. Kuahnya yang kental dipadukan dengan mi tipis dan lurus serta di atasnya diberi irisan perut babi, telur rasa, daun bawang, rebung, dan rumput laut. Pengunjung bisa request sesuai selera, dengan memilih tekstur mi, jumlah minyak dan bawang putih, serta tingkat kepedasan.
Hidangan terkenal lainnya yang bisa ditemukan di yatais adalah mentaiko, atau telur ikan cod pedas. Mentaiko adalah makanan simbolis Hakata dan dibuat dengan merendam telur ikan dengan cabai dan bumbu lainnya. Mentaiko memiliki tekstur unik dan membuat ketagihan yang muncul di mulut, serta rasa pedas dan beraroma yang cocok dengan nasi.
Jika mencari sesuatu yang lebih menantang, cobalah motsunabe, hidangan hot pot yang terbuat dari daging sapi atau jeroan. Jeroan (organ dalam hewan yang dijadikan makanan) memiliki tekstur yang kenyal dan empuk serta menyerap rasa kuahnya. Motsunabe biasanya disantap dengan mi champon di bagian akhir, yang menyerap sisa kuahnya.
Hidangan lain yang bisa dinikmati di yatais antara lain gyoza (pangsit goreng), yakitori (tusuk sate ayam panggang), oden (fish cake dan sayuran dalam kaldu dashi), tempura (makanan laut dan sayuran goreng), dan masih banyak lagi. Penggemar seafood juga bisa menemukan cumi, gurita, kerang, dan bekicot.
Untuk teman makanan kaki lima, pengunjung biasanya memesan beberapa minuman seperti bir, sake, shochu (minuman keras sulingan), atau minuman ringan.
Tempat mencari jajanan kaki lima
Yatais tersebar di seluruh kota, namun ada dua wilayah utama yang paling ramai, yakni Tenjin dan Nakasu. Tenjin adalah kawasan pusat kota Fukuoka, sementara Nakasu adalah sebuah pulau di antara dua sungai yang juga banyak klub malam dan bar karaoke. Kedua area tersebut terhubung dengan bus atau kereta bawah tanah.
Yatais biasanya buka sekitar jam 6 sore dan tutup sekitar jam 2 pagi, tetapi beberapa mungkin buka lebih awal atau tutup lebih lambat tergantung hari dan musim. Setiap yatai dapat menampung sekitar 10 orang, dan ada kemungkinan pengunjung harus antre untuk mendapatkan tempat duduk di yatai populer. Pemilik yatai ramah dan bersahabat dan sering mengobrol dengan pelanggannya. Sesama pengunjung juga biasanya ngobrol sehingga menciptakan suasana yang akrab dan hidup.
Tapi sebelum mengunjungi yatais di Fukuoka, hormati peraturan yatai untuk menghindari masalah. Beberapa yatai mempunyai tanda atau menu yang menyatakan peraturannya, seperti minimum pemesanan per orang, kebijakan merokok, metode pembayaran, dll. Lebih baik memesan hidangan satu per satu di yatai karena ruang dan sumber dayanya terbatas. Dengan begitu, makanan bisa dinikmati selagi panas.
OUTLOOK TRAVELLER | CNN TRAVEL
Pilihan Editor: Tokyo Midtown Yaesu, Tempat Bisnis Paling Mahal di Tokyo Jadi Terminal Hub Terstrategis