Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Beragam jenis kuliner Papua, mulai dari olahan kue hingga olahan ikan. Namun, Papua juga memiliki kuliner yang cukup ekstrim seperti ulat sagu dan cacing tambelo. Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pernah mencoba kuliner ini ketika menghadiri Pekan Olahraga nasional (PON) XX Papua 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip video Erick Thohir di akun resmi Instagramnya, @erickthohir, ia mencoba memakan ulat sagu, cacing tambelo, dan peyek tambelo. “Yang ini bener-bener panjang loh ini (Cacing Tambelo),” kata Erick. Lalu, apa saja kuliner Papua yang berasal dari cacing dan ulat?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ulat Sagu
Ulat sagu ini dapat diolah dengan cara disate, dibakar, maupun digoreng. Layaknya makanan lain, ulat sagu dapat diolah dengan berbagai variasi. Ulat sagu dipercaya dapat memberi stamina tambahan. Selain itu, ulat sagu mengandung kolesterol yang rendah dan mengandung protein hewani yang tinggi.
Pada olahan sate, ulat sagu memiliki cita rasa manis dan asin. Ulat ini memiliki tekstur yang lembut dan kenyal. Selain diolah, ulat sagu juga sering dikonsumsi secara mentah. Ulat sebesar ibu jari ini memberikan rasa gurih jika disantap ketika mentah. Serta, masyarakat Papua menjadikan ulat sagu sebagai camilan dan dapat dikonsumsi dengan papeda.
Cacing Tambelo
Cacing tambelo memiliki nama latin Bactronophorus thoracites. Cacing ini memiliki taring dan berlendir. Selain itu, cacing ini memiliki tekstur yang lembek dan lembut. Cacing tambelo dapat ditemukan pada pohon yang telah lapuk atau setengah membusuk.
Melansir jurnal karya Windy Hapsari berjudul Tambelo: Pangan lokal Tradisional Orang Kamoro di Kampung Hiripau, cacing ini memiliki kandungan gizi yang tinggi dan merupakan sumber protein hewani. Cacing ini merupakan jenis aprosidiak yaitu dapat meningkatkan kejantan organ vital laki-laki.
Cacing ini dapat diolah maupun dimakan secara mentah. Jika dimakan secara mentah, cacing ini memiliki cita rasa seperti daging cumi mentah. Melansir laman budaya-indonesia.org, biasanya, cacing ini menjadi konsumsi suku Agats dan suku Kamoro di Timika. Cara makan cacing ini dengan ditelan langsung tanpa harus dikunyah. Selain dimakan secara langsung, cacing tambelo juga diolah menjadi peyek.
Cacing Laut
Selain ulat sagu dan cacing tambelo, terdapat cacing laut yang tak kalah digemari oleh masyarakat Papua. Cacing laut juga dipercaya dapat meningkatkan stamina dan kejantanan seorang laki-laki. Selain itu, cacing ini juga kaya akan protein hewani.
Melansir laman phinemo.com, cacing laut ini dapat dicari di antara karang-karang laut ketika air sedang surut. Selain karang, cacing laut ini dapat ditemukan di pasir putih timbul. Cacing laut berwarna putih dan panjang 30 sampai 40 cm. Kuliner Papua ini menjadi camilan bagi penduduk Kepulauan Ayau, sehingga camilan ini mudah ditemukan di Raja Ampat.
JACINDA NUURUN ADDUNYAA