Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog klinis Tara Adhisti de Thouars mengatakan bahwa di tengah tuntutan hidup yang serba tinggi terkadang ada orang-orang yang menambahkan tuntutan itu. Caranya dengan menekan diri sendiri terlalu berlebihan, mengkritik diri dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. "Hal ini malah membuat kondisi mental yang sedang bermasalah menjadi lebih buruk," kata Tara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan faktor kehadiran media sosial era ini turut mendorong seseorang untuk lebih menonjol sebagai ajang aktualisasi diri. Banyak orang lantas berupaya tampil habis-habisan agar terlihat berbeda demi konten di sosial media.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal menurut Tara ada banyak cara positif yang bisa dilakukan seseorang untuk menjadi berarti atau dilihat orang lain tanpa harus merugikan diri sendiri. "Saya merasa media sosial membuat generasi muda saat ini merasa harus stand out, terutama Gen Z atau remaja yang masih butuh pencarian identitas diri," kata Tara.
Tara mengingatkan bahwa apa yang dilihat di sosial media biasanya hanya memperlihatkan sisi yang bagus saja. "Mungkin beberapa orang bisa jadi stand out-nya tidak dengan cara yang tepat," kata Tara.
Self-awareness atau kesadaran dalam memahami diri sendiri, lanjut Tara, merupakan langkah awal guna menghindari masalah mental. Hal ini mencakup kemauan seseorang untuk melihat kondisi tubuh dan mental serta segera melakukan sesuatu bila menemukan masalah agar tidak bertambah parah.
"Itu sebabnya penting ada momen untuk take a break dulu untuk benar-benar secara objektif melihat apakah 'saya harus seperti ini atau tidak ya?', 'Ini berlebihan atau tidak sih?', 'Tubuh saya masih bisa menerima ini atau jangan-jangan sudah kelelahan?' Kalau memang rasanya sudah merugikan diri sendiri maka lakukan sesuatu," kata Tara.
Baca: Biarkan Hilang, Jangan Dukung Fenomena Mengemis di Media Sosial