Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bangkok - Bangkok, Thailand surganya kuliner buat para pelancong. Makanan yang dijual di pinggir jalan, restoran, dan hotel menawarkan keunikan tersendiri. Di sepanjang jalan Shukumvit, Bangkok wisatawan bisa menemukan makanan khas yang sangat populer buat warga Indonesia.
Baca juga: Ingin Traveling Solo ke Bangkok, Jangan Lupakan 5 Hal ini
Mampirlah ke Terminal 21, pusat perbelanjaan yang menyediakan makanan berharga murah. Di sana ada food court yang menjual Tom Yum Kung. Dari tempat saya menginap di Rembrandt Hotel di Shukumvit, Terminal 21 bisa ditempuh dengan jalan kaki sekitar 15 menit.
Tom Yum berisi campuran seafood dan bumbu-bumbu rempah khas Thailand. Rasanya asam, pedas, dan gurih. Tom Yum Kung yang saya makan di Terminal 21 menggunakan kuah santan. Harganya seporsi 90 bath atau setara dengan Rp 40 ribu. Minumnya teh Thailand atau Thai Tea yang segar.
tom yum dan thai Tea (Foto - TEMPO/Shinta Maharani)
Saya menghabiskan waktu berwisata kuliner bersama seorang kawan dari Malaysia, Bernard dan David dari Timor Leste, dua pekan lalu. Bernard memesan lauk daging babi goreng. "Sedap dan kriuk," kata Bernard.
Keesokan harinya, saya bersama rombongan menyusuri Sungai negeri Gajah Putih itu di malam hari. Setelah naik kapal, kami mencari restoran yang harganya murah, agak menjauh dari tepian sungai.
Restoran-restoran yang menghadap jalan raya itu menyajikan makanan khas Thailand, yang umumnya hidangan laut, harganya rata-rata lebih dari 100 bath (sekitar Rp 45 ribu) per porsi.
Cita rasa kuliner Thailand khas asin, asam, manis dan pedas. Bumbunya di antaranya kecap asin, jeruk nipis, cabai, bawang merah, serai dan gula merah. Makanan itu disajikan terpisah dari nasi.
nasi ketan buah mangga (pixabay.com
Kami berempat menyantap Tom Yum berkuah bening. Tom Yum di restoran ini dibanderol lebih mahal, yakni 150 bath atau Rp 68.250 setiap porsi. “Kita berkongsi saja untuk satu porsi besar Tom Yum,” kata Suwandi Wendy, kawan dari Indonesia.
Kami meneguk bir Chang, minuman terlaris di Thailand. Setiap botol bir harganya 90 bath. Bir merek Chang sangat dikenal wisatawan. Bir produksi Thailand ini hasil investasi Charoen Sirivadhanabhakdi, yang menginvestasikan 3 juta bath atau Rp 330 miliar. Chang pernah menjadi sponsor klub raksasa sepakbola Spanyol, Real Madrid dan klub Inggris Everton.
Kunjungan saya ke Bangkok kali ini adalah kali kedua. Kali pertama saya datang tahun 2015 lalu. Saya ke sana sebagai penerima beasiswa liputan Southeast Asian Press Alliance (SEAPA), organisasi jurnalis Asia Tenggara.
Dengan 3 tahun lalu itu, kuliner Thailand tetap memikat. Tak ada yang berubah. Selain Tom Yum ala restoran, wisatawan juga bisa mencicipi kuliner ekstrem, yaitu serangga goreng yang dijual di pinggir jalan. Serangga itu di antaranya kecoa, jangkrik, belalang, dan kalajengking. Kuliner serangga paling terkenal berada di Khao San Road.
Makanan khas lainnya yaitu bunga goreng sebagai camilan populer. Kembang kamboja dan mawar di antaranya bahan baku penganan ini. Orang sana meyakini bau wangi bunga itu membuat perasaan menjadi bahagia, badan menjadi segar dan awet muda.
Gorengan bunga disajikan dengan campuran jahe, gula, bawang putih, cabai segar, dan air jeruk nipis. Kuliner yang tak kalah lezat adalah nasi ketan mangga. Kuliner berbahan ketan, mangga dicampur santan rasanya legit. Rujak mangga yang dijual di pinggir jalan juga maknyus.
Baca juga: Menjajal BTS Skytrain dan MRT Bangkok, Intip Kemudahannya
SHINTA MAHARANI (Thailand)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini